Mohon tunggu...
alra salsabilla
alra salsabilla Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

I can be anything I dream of

Selanjutnya

Tutup

Diary

Perasaan Tidak Bersyukur

16 Mei 2022   11:30 Diperbarui: 16 Mei 2022   11:33 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Setelah beberapa waktu saya memilih berhenti sejenak dari kegiatan favorit saya yaitu, menulis. Saya kembali lagi dengan membawa sebuah tulisan yang menurut saya, ini adalah sebuah tamparan bagi saya. Sebelumnya,  saya ingin bercerita sedikit mengenai alasan saya untuk berhenti sejenak dari dunia menulis.

Sejujurnya saya tidak pernah benar-benar berhenti menuliskan pendapat dan pikiran saya. Tidak seperti saya memilih berhenti melukis, dimana sampai saat ini saya benar-benar berhenti melukis. Terkadang, saya merasa bahwa apa yang saya pikirkan dengan apa yang saya lakukan tidak seperti yang tertulis. Maksudnya, saya kerap merasa bahwa mungkin tulisan saya bermanfaat untuk beberapa orang. Tetapi, pada kenyataannya tulisan saya sendiri tidak mampu menyelamatkan saya dari jurang kesedihan.

Terutama banyak sekali pandangan orang-orang yang mendikte saya memiliki kepribadian yang hampir sempurna seperti tulisan saya. Iya, kegiatan menulis opini, terutama di lingkungan saya memang jarang. Jadi, karena saya adalah orang yang termasuk langka, katanya. Mereka mendeskripsikan saya cukup hebat karena tidak semua orang bisa mempresentasikan apa yang mereka rasakan dan apa yang mereka pikirkan.

Pernyataan bahkan pujian yang mereka berikan, cukup menyenangkan pikiran dan hati saya. Namun semakin sering saya menulis sesuatu, membuat saya tidak menjadi diri saya sendiri. Membuat saya seolah terpenjara oleh label-label yang mereka berikan. Membuat saya membenci kegiatan yang saya gemari ini.

Saya berhenti, bahkan saya tidak lagi menyematkan link website semua tulisan saya di sosial media. Saya juga menghapus semua sorotan tentang tulisan saya.

Hingga tanpa planning apapun, kemarin saya memutuskan untuk pergi ke daerah Jakarta menggunakan kereta. Saya memperhatikan setiap aktivitas di sekitar. Saya sadar, bahwa saya kurang memperhatikan sekitar. Selama ini saya hanya terfokus dengan apa yang saya ingin. Mungkin ini waktunya, untuk menyembuhkan pikiran saya dengan lebih memperhatikan sekitar.

Sesampainya di stasiun, saya bergegas menuju sebuah pasar dengan berjalan kaki. Dan disana lah  saya benar-benar merasa tertampar. Setiap aktivitas disana, dimana orang-orang bergantian berteriak untuk mempromosikan dagangannya di tengah teriknya matahari, benar-benar menyadarkan saya. Ternyata saya seberuntung itu. Saya bahkan malu untuk mengeluh, ketika saya lelah berjalan melewati orang-orang yang sudah berteriak dari pagi agar dagangannya laku.

Berjalan sedikit, saya melihat banyak pedagang yang bahkan tertidur di emperan kios dengan memegang dagangannya. Saya berhenti, lalu bermonolog dalam hati.

"Saya memang tidak tahu diri tuhan, saya terus memaki bahkan menghina diri sendiri padahal saya bisa dikatan cukup sempurna."

Saya menangis dalam diam. Ada rasa malu ketika saya melihat mereka. Mereka tidak pernah malu dengan apa yang mereka lakukan dan apapun yang orang lain bicarakan tentang mereka. Mereka hanya menjalani hidup untuk diri mereka dan keluarga mereka. Apapun akan dilakukan asal itu halal.

Saya lalu berjanji dalam hati, "Setelah pulang dari sini, saya harus kembali menulis. Apapun yang terjadi."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun