Mohon tunggu...
puspalmira
puspalmira Mohon Tunggu... Freelancer - A wild mathematician

Invisible and invincible IG: almirassanti

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Insiden 'Surabaya Membara', Peringatan untuk Selalu Berpikir dan Menggunakan Ilmu Pengetahuan

10 November 2018   01:58 Diperbarui: 10 November 2018   02:06 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: pinterest.com oleh Bell

Padahal, para pedagang tetap bisa berjualan, hanya berpindah tempat saja. Jika tenda-tenda ini dibongkar, penonton yang tidak kebagian ruang tetap bisa menikmati konser meski dari luar area. Selain itu, jika memungkinkan panitia juga bisa menyiapkan sound system tambahan untuk penonton di luar area. Seandainya penyelenggara mau berpikir 'lebih', kepuasan dan kenyamanan serta keamanan penonton pasti akan lebih.

(sebagai informasi, kondisi area penonton ada di dalam wilayah mall yang terisolasi dari pengunjung di luar. Area penonton sebenarnya hanya dibatasi oleh pagar besi setinggi setengah meter, namun terhalang oleh tenda pedagang sehingga penonton di luar area tidak bisa menikmati acara meskipun memegang tiket)

Dalam kondisi yang rawan dengan tragedi sesak nafas dan pingsan karena kekurangan oksigen, saya teringat pula pada perkataan seorang Profesor matematika dari Bandung. Jika diperkenankan mengutip, beliau mengatakan bahwa banyak kebijakan atau keputusan di negeri ini yang diambil tanpa berbasis pengetahuan. 

Perkataan tersebut dikaitkan dengan pembangunan bandara di Kota Palu yang dibangun di atas tanah yang labil atau belum kompak. Saat awal pembangunannya dulu, mungkin pengetahuan semacam ini belum dimiliki. Ironisnya, masalah yang terjadi saat ini bukanlah pengetahuan yang tidak dimiliki, melainkan pengetahuan yang tidak dihiraukan.

Pendapat tersebut disetujui dan ditanggapi oleh banyak pendengar. Menurut beberapa orang, ironi di atas tidak hanya terjadi pada pembangunan Kota Palu, tetapi juga pada kebijakan-kebijakan lain yang dibuat oleh pemerintah. Hal yang perlu disampaikan di sini adalah, libatkanlah ilmuwan terkait! Anjuran tersebut juga merupakan perkataan beliau yang saya kutip dan sangat saya setujui. Pengetahuan dipelajari untuk digunakan, bukan hanya sebagai formalitas untuk mendapatkan gelar. 

Dari hal yang sangat sederhana seperti penyelenggaraan konser hingga pembuatan keputusan terkait kebijakan dan pembangunan, hendaklah dipikirkan dengan benar. Gunakanlah ilmu pengetahuan sebagai alat. Jika tidak, insiden berdarah Surabaya Membara inilah yang menjadi peringatan. Untuk kebijakan yang tidak rumit, tak perlulah jasa seorang ilmuwan. 

Cukup belajar dari pengalaman konser Jatim Fair silam, pagelaran yang diprakarsai oleh Seniman Surabaya itu hendaknya lebih memperhitungkan dampak ledakan penonton yang terjadi. Mana mungkin panitia dan petugas membiarkan penonton memenuhi jembatan rel kereta api demi menikmati aksi para aktor jika mereka tahu? 

Apakah mereka belum memperhitungkan keselamatan penonton? Apakah mereka tidak sadar bahwa bisa saja ada kereta yang lewat? Padahal, hampir bisa dipastikan bahwa kereta api selau lewat sesuai jadwal. Kereta api tidak mungkin muncul secara tiba-tiba. Kalaupun muncul, kereta api tentu tidak bisa berhenti begitu saja.

Hingga artikel ini ditulis, telah ada 3 penonton tewas dan 7 lainnya luka-luka termasuk indikasi patah tulang. Mereka adalah penonton drama Surabaya Membara yang menonton dari atas jembatan rel kereta api. Seorang bocah SD turut menjadi korban. Surabaya pun berduka. Derita korban yang terlindas kereta maupun yang terjatuh dari jembatan setinggi kurang lebih 6 meter kemudian membentur aspal jauh lebih teatrikal daripada teater yang dipamerkan. 

Ini bukan peringatan hari pahlawan. Ini adalah peringatan hari korban, bahwasanya peristiwa 10 November silam juga banyak memakan korban.

Jika sudah begini, berbagai pihak turut panik hingga saling menuding. Pihak Kereta Api Indonesia tak mau dilibatkan, apalagi disalahkan. Bahkan, pemerintah provinsi pun tidak mau ambil bagian kesalahan. Dikutip dari laporan m.jatimnow.com yang berjudul "Drama Kolosal 'Surabaya Membara' Memakan Korban, ini Kata Pemprov Jatim", pemerintah provinsi Jawa Timur menyatakan diri tidak terlibat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun