Mohon tunggu...
Allen Rangga
Allen Rangga Mohon Tunggu... Guru - Unity in Diversity

Saya, Albertus Rhangga. Biasa dipanggil Allen. Kalian mungkin bertanya mengapa saya dipanggil Allen? heheh, Ya, itulah saya, dengan nama yang unik, yang menggambarkan keunikan saya sebagai pribadi. Saya tertarik pada hal-hal yang berkaitan dengan politik, sosial-budaya, olahraga, dan tentu sesuatu yang bernuansa filosofis. Selain itu, saya suka membaca, menulis, bermusik, dan berolahraga. Bagi saya, tubuh yang sehat adalah pancaran jiwa yang sehat. Maka, berolahraga, bermusik, menulis dan membaca adalah cara yang ampuh untuk menjaga tubuh agar tetap sehat sekaligus penanda jiwa yang sehat pula.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bencana Alam dalam Bingkai Adaptasi Alamiah Menuju Pertobatan Ekologis

8 April 2021   12:07 Diperbarui: 8 April 2021   12:20 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kita tidak dapat mengklaim bahwa bencana alam di atas adalah murni karena faktor alam. Dari berbagai persoalan lingkungan yang kita hadapi saat ini memperlihatkan bahwa karena perbuatan manusia maka alam pun harus menjadi korban. Alam menyediakan segala kebutuhan manusia, tetapi dengan segala kepandaian yang dimiliki manusia mengeksploitasi alam demi memenuhi keserakahan segelintir orang. Manusia menjadi entitas alam semesta yang tidak puas dengan berbagai kebutuhan yang sudah disediakan alam. Ia lantas mengeksplorasi alam sebesar-besarnya demi mendapat keuntungan yang lebih besar. Inilah gambaran manusia modern yang ingin menguasai alam demi kebutuhan sesaat.

Permasalahan-permasalahan lingkungan yang dihadapi masyarakat dunia dewasa ini tidak lain karena keserakahan manusia. Penting untuk menggambarkan karakteristik manusia modern dewasa ini. Pada zaman pra-modern kehidupan manusia seutuhnya bergantung pada alam. Manusia membangun relasi yang sangat baik dengan alam, mereka memahami alam sebagai tempat dimana segala kebutuhan manusia terpenuhi. Relasi manusia dan alam ini sangat mendalam. Manusia diajarkan untuk tidak memperlakukan alam dengan sewenang-wenang. Siklus kehidupan manusia pun disesuaikan dengan siklus alam. Contoh konkritnya bisa dilihat dalam kehidupan masyarakat perdesaan. Masyarakat perdesaan menanm padi atau tanaman lainnya biasanya disesuaikan dengan musim.

Namun, kehidupan pra-modern itu sudah lama ditinggalkan. Manusia modern tidak lagi menempatkan alam sebagai partner melainkan sebagai objek belaka. Jika dalam manusia pra-modern mereka melihat alam sebagai pemberian dari yang Ilahi dan harus dijaga, manusia zaman sekarang sebalikanya. Mereka melihat alam hanya sebagai objek pemenuhan kebutuhan semata. Karakteristik manusia modern ialah mengagungkan kemampuan diri yang dapat menguasai dan mengontrol alam semesta. Manusia menempatkan dirinya sebagai pusat dari segalanya, dengan kemampuan akal budinya untuk menciptakan teknologi. Manusia modern mengambil jarak dari alam, mereka tidak lagi melihat alam sebagai benda sakral yang dapat berelasi dengan manusia.

Salah satu kelebihan manusia modern ialah kemampuannya menciptakan teknologi. Pada dasarnya perkembangan teknologi tidak bisa dikatakan negative atau jelek. Penciptaan teknologi sebenarnya menunjukan kemampuan manusia dalam menciptakan sesuatu yang baru demi kehidupan manusia yang lebih baik. Teknologi yang dicipatakan tersebut membantu manusia dalam mempercepat segala pekerjaan termasuk memperbanyak hasil kerja manusia.

Perlu diakui bahwa perkembangan teknologi tidak selalu bergerak ke arah yang positif. Banyak sekali tekonologi yang diciptakan pada zaman ini bertujuan untuk menghancurkan alam dan sesama manusia. Manusia berlomba-lomba menciptakan alat-alat canggih seperti peralatan tempur, bahan peledak, bahan beracun yang bertujuan untuk menghancurkan kehidupan orang lain. Penggunaan obat-obatan berlebihan pada hutan pada akhirnya juga merusak alam. Penggunaan bahan kimia pada sungai pada akhirnya memusnahkan biota air dan laut. Masih banyak contoh kasus yang bisa digali sebagai efek negatif dari perkembangan teknologi. Jadi jelas bahwa manusia modern sebenarnya berkontribusi dalam menghancurkan alam semesta yang pada akhirnya mendatangkan bahaya kemanusiaan.

B. Badai Seroja sebagai cara alam beradaptasi dari segala aktivitas manusia.

Aktivitas manusia yang dimaksudkan ialah penggunaan alat-alat teknologi untuk memenuhi kebutuhan manusia. Pembahasan ini sebenarnya kelanjutan dari pembahasan poin A. Manusia tidak dilarang untuk memanfaatkan alam demi menunjang kelangsungan hidupnya. Orang-orang beragama mengakui bahwa alam semesta diciptakan untuk memenuhi segala kebutuhan manusia. Sampai disini sebenarnya tidak ada persoalan. Persoalan muncul ketika manusia mengerahkan seluruh kekuatan teknologi untuk mengeruk seluruh hasil alam. Hutan ditebang, gunung diratakan demi membangun perusahaan, bukit emas dikorek sehingga menghasilkan lubang menganga, polusi udara semakin bertambah karena setiap hari ribuan motor dan mobil yang diproduksi dan dijual dengan harga murah, udara semakin panas karena efek rumah kaca, lingkungan menjadi bau akibat sampah yang dibuang tidak pada tempatnya.

Lantas, muncul pertanyaan; bagaimana atau dengan cara apa alam semesta beradaptasi dengan seluruh penggunaan teknologi manusia yang destruktif di atas? Jawabannya ialah melalui gunung meletus, hujan lebat, air pasang, bahkan yang paling ekstrim sekalipun seperti wabah virus corona. Kita mungkin menilai seluruh kejadian ini sebagai bencana bagi manusia, tetapi saya ingin mengajak kita untuk melihat dari sisi lain. Bencana alam yang terjadi beberapa hari ini, walaupun menelan jutaan manusia, merupakan cara alam menyesuaikan dirinya dari berbagai aktivitas manusia.

Mari kita tempatkan alam semesta sebagai makhluk yang hidup. Setiap makhluk hidup pasti berproses, bergerak. Ia pasti akan berubah atau bereaksi bila berhadapan dengan suatu gerakan yang datang dari luar. Reaksi yang diberikan suatu makhluk biasanya bertujuan untuk mempertahankan diri agar tidak hancur atau mati. Alam semesta ini sebenarnya sangat fleksibel/lentur dalam menghadapi setiap perubahan. Apabila alam semesta ini bersifat kaku dan tidak dapat berubah maka dengan sendirinya ia menjadi hancur. Sama halnya manusia harus berubah dan bergerak, bila ia tidak mau berubah dan bergerak, maka ia akan mati. Ini hukum alam, yaitu menyesuaikan diri dari segala perubahan eksternal.

Tidak bisa dibayangkan bila alam semesta bersifat kaku dan tidak berubah. Ketidakberubahan dan kekauan seringkali mendatangkan kehancuran. Saya meyakini bahwa bencana alam yang terjadi di dunia ini merupakan cara alam memberikan respon terhadap goncangan dari luar. Manusia mengeksploitasi alam secara serakah, penggunaan alat-alat teknologi yang merusak kerja alam, ketidakpedulian manusia menjaga lingkungan tempat tinggalnya, asap kendaraan dan pemakaian AC yang terlewat batas, bahaya limbah pabrik yang merusak lingkungan pada akhirnya mendapatkan reaksi dari alam. Reaksi alam tersebut bukanlah jahat, melainkan cara alam menyesuaikan dirinya dari berbagai perilaku manusia itu. Dalam imajinasi liar saya seandainya alam tidak menyesuaikan diri dari berbagai pengaruh luar; entah perubahan kosmis maupun perubahan eksternal lainnya, sangat mungkin bahwa alam akan ledak, hancur berkeping-keping dan memusnahkan jutaan makhluk hidup yang bernaung di dalamnya. Satu hal yang mau ditekankan dalam pembahasan ini adalah alam memberi respon terhadap rangsan dari luar sebagai cara beradaptasi, maka peristiwa bencana alam harus dilihat juga dari perspektif alam.

C. Badai Seroja sebagai momen untuk mendekatkan diri pada Tuhan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun