Mohon tunggu...
Allen Kristiyono
Allen Kristiyono Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger

Seorang yang hobinya menulis. Seorang Content Writer, Copywriter sekaligus Internet Marketer. Dapat Dibaca tulisannya tentang bisnis online di https://carabisnisonline.net . Selain menulis, ia juga suka bermain musik. Alat musik yang paling dikuasainya adalah Gitar & Keyboard.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Terorisme dan Fanatisme Keyakinan, Dapatkah Berjalan Beriringan dengan Cinta?

16 Maret 2019   20:25 Diperbarui: 16 Maret 2019   20:35 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
TIM CAHILL (@Tim_Cahill)

Melihat & membaca berita Terorisme yang terjadi di Selandia Baru (New Zealand) yang terjadi tanggal 15 Maret 2019 lalu membuat hati ini teriris pedih. Tindakan tersebut meski dilakukan atas nama apapun, tidak dapat dibenarkan. Hal ini adalah tragedi kemanusiaan yang sangat disayangkan bisa terjadi. Semoga semua yang berpulang kepada-Nya dalam peristiwa tersebut mendapatkan tempat terbaik di sisi-Nya.

Kejadian ini juga yang membuat diri ini tergelitik untuk menuliskannya juga disini. Apakah Sahabat kompasiana tahu bahwa semua hal itu tentu saja tidak akan terjadi jika kita hidup dalam cinta kasih dan kedamaian. Sepertinya sangat mudah menuliskannya namun tidak untuk melakukannya yaa ... Lalu pertanyaannya, bagaimana cara kita untuk hidup dalam kedamaian dan cinta kasih? Caranya yaitu dengan melepas sekat-sekat yang membatasi, membongkar kotak-kotak yang mengungkung kita untuk mengasihi sesama, untuk mengasihi orang lain. 

Lalu, apa sekat-sekat tersebut? Sekat-sekat tersebut ada dan kita kenal dengan nama Ras, Suku, Agama, Keyakinan dll. 

Tunggu, Anda jangan salah paham dulu, jangan sewot dan melotot terlebih dahulu ... saya tidak mengatakan bahwa semua hal tersebut adalah salah yaa ... Tidak ada yang dapat memilih untuk terlahir di negara apa, bersuku apa, beragama ataupun berkeyakinan apa kan? Agama yang Anda anut pun kebanyakan turun dari kedua orang tua Anda, Kebanyakan tidak dapat memilihnya... Dan tentu saja tidak ada yang salah dengan hal itu. Semua sudah benar dan baik adanya. Bahkan, kita pun sangat meyakini bahwa semua agama dan kepercayaan di Indonesia membawa cinta kasih, damai serta rahmat bagi diri kita, orang lain dan alam semesta kan ...

Lalu apa maksud dari judul yang terkait dengan Fanatisme Keyakinan diatas. Kefanatikan pada keyakinan yang ada dalam diri kita lah yang dapat memicu benih-benih yang membuat sekat-sekat antara diri ini dan orang lain. Contohnya:

"Saya berasal dari suku Z, dan suku Z adalah suku yang paling sempurna, yang lain Tidak!"
"Saya menganut agama Y, dan agama Y adalah agama paling tertinggi, yang lain Tidak!"
"Saya berkeyakinan bahwa melakukan tindakan X yang tepat, yang lain Tidak!" dll.

Apakah salah jika kita seperti itu. Seperti yang sudah Anda baca pada tulisan diatas, tidak ada yang salah dengan hal tersebut. Yang kurang tepat adalah ketika Anda memaksakan apa yang Anda yakini tersebut kepada orang lain. Dari hal inilah benih-benih Terorisme dapat muncul.

Lho kok dapat muncul? Jawabannya adalah saat kita membungkus diri kita dengan hal-hal diatas, maka kita akan menutup diri dalam kotak yang kita buat sendiri. Menutup diri dari apa? Menutup diri untuk terus belajar, belajar untuk mencintai dan mengasihi orang lain. Kemelekatan pada hal-hal diatas jugalah yang menutup diri kita untuk menerima cinta dan kasih dari orang lain dan alam semesta, bahkan dari Tuhan sendiri. Pastinya Anda setuju kan bahwa kemelekatan pada fanatisme keyakinan ini tidak dapat berjalan beriringan dengan cinta kasih ... Dan, saat kita membongkar kotak-kotak yang kita buat sendiri tersebut maka yang tersisa adalah cinta kasih itu sendiri.

Kini, adalah saat yang tepat untuk kita kembali menyelam kedalam diri kita masing-masing. Apakah benih yang kita tanam dalam diri kita adalah benih pemisahan ataukah benih cinta kasih yang dapat menjadi rahmat bagi orang lain dan sesama?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun