Mohon tunggu...
Allan Maullana
Allan Maullana Mohon Tunggu... Teknisi -

Bukan siapa-siapa. Bukan apa-apa. Hanya remah-remah peradaban.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menyoal "Body Shaming", Perlu Pengendalian Diri

25 November 2018   20:37 Diperbarui: 26 November 2018   05:51 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Diri ini, yang hanya butiran debu tanpamu, pernah dianggap cacingan. Tangan aku, yang cuma kelihatan tulang, pernah disamakan dengan kayu pohon jambu biji yang mengering. Tulang-tulang rusukku, yang kelihatan ketika membuka baju, sering kali disamakan dengan tengkorak hidup. Padahal ya, Gaes, aku aja nggak tahu tengkorak hidup itu seperti apa. Ya masa sih, aku seburuk itu.

Beberpa orang yang tak bisa menahan diri sering kali menanyakan berat badanku. Ya, aku menjawab apa adanya, dong Gaes. Lalu si penanya dengan penuh percaya diri melontarkan komentarnya, "Laki kok beratnya 43 kilo".

Tidak hanya itu, pernyataan "Lo tambah kurus aja", sering kali terontar dari beberapa teman yang jarang bertemu. Padahal dari jaman sekolah (SMK) sampai sekarang, baik dalam kondisi sehat atau sakit sampai harus mondok di rumah sakit pun berat badanku ya segitu-gitu aja. Nggak naik, nggak turun.

Setelah pertanyaan dan pernyataan itu semua sudah biasa aku hadapi. Lalu, ada pertanyaan "Pernikahan lo itu bahagia nggak sih?" pernah terlontar dari seorang teman saya. Sampai di sini, aku tidak akan menjawab. Jelas dong, ini sudah sampai batasan privasi.

Aku punya teman. Teman sepermainan. Di mana ada dia selalu ada aku. Dia yang badannya agak lebih besar dariku (untuk tidak mengatakannya gendut) sering mengalami hal yang sama. Beberapa orang yang mulutnya gatelpun sering kali berkomentar "Itu tangan apa kaki", "Itu pipi apa bakpau" meskipun setelahnya si pengomentar menyambungnya dengan tertawa.

Baiklah Mailope, kita tahu bahwa semua itu adalah hanya sekedar basa-basi dan bercandaan belaka. Bagi mereka itu sangat lucu dan bisa membuat hidup ini tak kaku seperti kanebo kering. Tapi, bagaimana perasaan si objek? Orang yang dijadikan bahan bercandaan.

Yang pasti ada rasa kesal dan rasa sakit hati. Meskipun kita (Iya, kita) harus tetap tertawa dan masuk ke dalam kondisi basa-basi atau candaan tersebut. Meskipun kalimat "Jangan dimasukan ke hati" selalu teriring dari para sahabat yang memahami isi hati ini. Inginku teriak. Inginku menangis. Tapi air mataku sudah tiada lagi.

Mbok Ya, aku kudu piye? Sementara jutaan orang lain mengalami hal yang sama. Body shaming.

Menurut Cambridge Dictionery, Body Shaming adalah mengkritisi seseorang beradasarkan bentuk, ukuran dan tampilan tubuh mereka. Pada umumnya Body shaming merujuk pada kasus penghinaan atau ejekan. Ironis pelaku adalah orang-orang terdekat kita: Kakak, adik, kolega, teman kerja, teman sepermainan, mantan (Halah, mantan), dan sebangsanya. Amat disayangkan lagi banyak orang yang tidak menyadari lelucon dan bercandaanya itu termasuk dalam body shaming.

Dalam Pasal 27 ayat 3 UU ITE menyebutkan: "Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik".

Sementara itu, ancaman pidananya terdapat dalam Pasal 45 Ayat 3: "Setiap orang yang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 750.000.000 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah)".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun