Mohon tunggu...
Aliyah
Aliyah Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa

Jurusan Hubungan Internasional

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Rivalitas Amerika Serikat - Rusia dalam Perkembangan Senjata Nuklir, Memicu Perang Nuklir?

2 Desember 2021   20:32 Diperbarui: 2 Desember 2021   21:11 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keamanan. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Pixelcreatures

           Perang nuklir merupakan salah satu isu yang paling mengkhawatirkan bagi dunia Internasional. Bagaimana tidak, dampak yang dihasilkan dapat menghancurkan perdamaian dunia serta  merusak makhluk hidup yang ada di bumi. Telah disebutkan, bahwa dalam kurun waktu 10 tahun terakhir telah terjadinya peningkatan kemungkinan dalam penggunaan senjata nuklir pada konflik regional maupun global yang dimana hal tersebut dapat berisiko terjadinya perang nuklir di masa depan. Isu perkembangan senjata nuklir sudah menjadi pembahasan secara global sejak lama dan hingga saat ini terus dibicarakan pada era globalisasi ini. Di sisi lain, perkembangan senjata nuklir buatan manusia sudah mengalami peningkatan radioaktivitas secara alami dalam skala dunia, sehingga kekhawatiran akan terjadinya perang nuklir juga semakin bertambah.

            Melihat salah satu sejarah di masa lampau yang sangat mengenaskan, yaitu peristiwa serangan bom atom Hiroshima dan Nagasaki yang dilakukan oleh Amerika Serikat. Peristiwa tersebut tidak memberikan efek jera bagi dunia Internasional, yang justru membuat negara-negara yang menganggap dirinya berkuasa semakin ingin memiliki senjata nuklir sendiri. Hal ini, seolah menunjukkan bahwa mereka ingin memperlihatkan seberapa besar kekuatan militernya. Padahal kebrutalan yang diakibatkan perang seharusnya menjadi pelajaran yang tidak hanya diperuntukkan bagi pelaku maupun korban tetapi juga masyarakat global. Namun, perkembangan teknologi yang semakin canggih dan adanya strategi modern menjadi faktor pendukung utama bagi negara-negara yang ingin menciptakan senjata nuklirnya sehingga perkembangan tersebut tidak bisa dipungkiri akan terjadi di masa seperti ini.

Rivalitas Amerika Serikat - Rusia dalam Perkembangan Senjata Nuklir

            Menurut laporan terbaru dari Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) pada Januari 2021, menunjukkan bahwa Rusia dinobatkan sebagai negara dengan kekuatan nuklir terbesar di dunia yang memiliki 6.255 hulu ledak. Lalu, disusul Amerika Serikat (AS) berada di posisi kedua yang memiliki 5.550 hulu ledak (Annur, 2021).

            Melihat data tersebut, menunjukkan betapa agresif Amerika Serikat dan Rusia dalam mengembangkan sistem pertahanan militer berbasis nuklir ini. Fenomena seperti ini sudah berlangsung sejak lama yaitu pada masa perang dingin. Mengingat kedua negara ini memiliki kekuasaan yang besar dalam melawan musuhnya, mulai dari Amerika Serikat yang mengalahkan Jepang dengan menjatuhkan serangan bom di Hiroshima dan Nagasaki, lalu Rusia yang dapat melumpuhkan Jerman pada perang dunia II membuat kedua negara ini memiliki pengaruh paling besar di dunia. Sehingga, persaingan sengit ini juga memicu ketakutan bagi negara-negara lain terhadap perkembangan senjata nuklir mereka.

            Tidak hanya itu, dalam beberapa tahun terakhir ketegangan antara Amerika Serikat dan Rusia semakin memanas dengan berbagai problematika yang hadir dalam perjanjian diantara kedua negara tersebut. Dimana, Rusia yang sempat mengembangkan rudal jelajah baru yang mengundang amarah Amerika Serikat dan mengancam akan melakukan hal serupa. Rusia dianggap telah melanggar salah satu perjanjian pengawasan senjata utama di era perang dingin yang sudah ditandatangani sebelumnya oleh kedua negara tersebut. Di sisi lain, masih dalam masalah yang sama terkait pernyataan Amerika Serikat yang akan menarik diri dari Perjanjian Senjata Nuklir Jarak Menengah atau Intermediate-Range Nuclear Forces (INF) Treaty karena Rusia diduga telah melanggar perjanjian INF dengan mengembangkan rudal nuklir namun pihak Rusia bersikukuh membantah bahwa tuduhan tersebut tidak benar. Jadi, permasalahan seperti ini seakan tidak ada habisnya di antara kedua negara tersebut.

Lantas Bisakah Perang Nuklir dimenangkan Jika Terjadi : Amerika Serikat vs Rusia ?

            Jika di kemudian hari, perang nuklir benar-benar terjadi hal tersebut akan mengancam perdamaian dunia. Dilihat dari sudut pandang menang atau kalah, perang nuklir bisa diprediksi siapa pemenangnya. Kecanggihan teknologi dan strategi modern yang terus berkembang tentunya membuat kedua negara tersebut akan selalu mengembangkan inovasi mereka terhadap senjata nuklir masing-masing demi mengamankan kepentingan nasionalnya. Melihat persaingan sengit antara Amerika Serikat dan Rusia, kita sebagai masyarakat awam juga bisa menilai siapa yang akan dikalahkan. 

           Sebagai contoh, kita menganggap bahwa Rusia lah yang akan menang dalam perang nuklir melawan Amerika Serikat, dengan melihat kekuatan nuklirnya yang dihasilkan sampai tahun 2021 ini sebanyak 6.255 hulu ledak. Apalagi ditambah strategi militer mereka yang semakin kuat dan cerdas tentu bisa mengalahkan Amerika Serikat. Kemudian, ketika Rusia dinyatakan sebagai pemenang dan dianggap sebagai negara satu-satunya dengan kekuasaan paling berpengaruh di dunia. Apakah gelar seperti ini akan menjadi sebuah kehormatan bagi mereka setelah dampak yang dihasilkan sangat buruk bagi makhluk hidup di bumi maupun keamanan Internasional. Tentu tidak, lantas ini akan berakhir menjadi zero sum game yang pada akhirnya tetap mengalami kerugian.

“The greatest victory is that which requires no battle”
-Sun Tzu-

            Pada dasarnya, perang nuklir bukanlah sebuah solusi dalam memenangkan peperangan. Melihat salah satu kutipan Sun Tzu di atas, melakukan pertempuran ditambah dengan penggunaan nuklir sebagai senjata perang justru akan mengahancurkan dirinya sendiri yang justru bukan menjadi sebuah kemenangan pada akhirnya. Dampak dari perang nuklir itu sendiri, dapat menghancurkan tatanan dunia Internasional. Apalagi Indonesia juga memiliki hubungan yang baik dengan Amerika Serikat maupun Rusia, jika perang nuklir terjadi tentu akan berdampak bagi Indonesia yang padahal sejak awal tidak terlibat dengan permasalahan tersebut.

            Menurut pernyataan dari Antonio Guterres selaku Sekretaris Jenderal PBB, bahwa penggunaan senjata nuklir akan mempengaruhi semua negara dan ia menegaskan bahwa perang semacam ini tidak boleh dilakukan. Dan setiap negara mempunyai tanggung jawab yang besar dalam memastikan bahwa persenjataan yang menjadikan nuklir sebagai senjata harus dihilangkan dan tidak akan digunakan lagi dalam persenjataan nasional. Sebagaimana hal tersebut berkaitan dengan perjanjian  Nuclear Non-Proliferation Treaty (NPT) yang sudah lama terbentuk sejak tahun 1968 oleh International Atomic Energy Agency (IAEA). Perjanjian ini mengikat secara hukum terhadap negara-negara yang meratifikasinya dan sebagai salah satu upaya dalam mengendalikan senjata nuklir. Nuclear Non-Proliferation Treaty (NPT) memberikan angin segar bagi kalangan internasional yang menentang proliferasi senjata nuklir dan bertujuan untuk mencegah penyebaran senjata nuklir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun