Mohon tunggu...
Alisca UmiLestari
Alisca UmiLestari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Alisca Umi Lestari

pemula

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Menilik Perkembangan Multikulturalisme di Indonesia

18 November 2021   18:51 Diperbarui: 18 November 2021   18:59 1223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Indonesia adalah negara kepulauan yang setiap pulaunya di pisahkan oleh lautan yang cukup luas. Pada situs Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi disebutkan Rujukan Data Kewilayahan RI menyebutkan luas total wilayah Indonesia baik itu yang daratan maupun lautan adalah 8.300.000 km2  dengan luas total perairan Indonesia adalah 6.400.000 km2. Selain itu, Indonesia sendiri berada dalam wilayah cincin api yang menyebabkan Indonesia memiliki beberapa gunung berapi yang masih aktif hingga saat ini. Hal ini menyebabkan perbedaan kebiasaan dari setiap daerah masyarakat Indonesia. 

Kebiasaan masyarakat pesisir pantai dengan pegunungan tentunya akan berbeda. Perbedaan kebiasaan akan menyebabkan keanekaragaman budaya. Keanekaragaman inilah yang menyebabkan Indonesia menjadi negara yang kaya akan bahasa, adat istiadat, budaya, suku, ras dan etnis. Untuk itulah Indonesia membutuhkan sesuatu hal untuk menyatukan seluruh masyarakat Indonesia. Dalam bidang komunikasi Indonesia memiliki bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia. Hal ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi negara kita karena tidak setiap negara memiliki bahasa nasional.

Dengan adanya bahasa nasional apakah sudah dapat menjamin kehidupan masyarakat Indonesia damai? Jawabannya tentu tidak, bahasa Indonesia diakui sebagai bahasa nasional sejak diikrarkannya sumpah pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Sumpah pemuda inilah yang menjadi cikal bakal dari wawasan terkait kebangsaan di Indonesia. Namun, perselisihan antar sesama warga Indonesia masih sering terjadi, misalnya saja seperti perang Sampit, perang saudara di Banten, dan lain-lain. 

Perselisihan yang terjadi selalu disebabkan oleh perbedaan dari kelompok tersebut sehingga akan ada perilaku diskriminatif terhadap pendatang baru yang masuk ke kelompok tersebut. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pemahaman antara kedua belah pihak terkait budaya dari masing-masing daerah. Kesadaran akan keanekaragaman di Indonesia masih perlu ditingkatkan lagi. Kesadaran ini dapat dibentuk dengan kita menerapkan sikap multikulturalisme. 

Multikulturalisme adalah suatu ideologi yang memuliakan dan mengakui persamaan derajat dari setiap manusia meskipun terdapat perbedaan. Kesadaran akan multikultur ini sudah ada sejak negara Indonesia terbentuk, namun pada masa orde baru kesadaran tersebut di pendam. Oleh karena itu, pemahaman akan multikulturisme di Indonesia masih sangat kurang.

Multikulturalisme pertama kali digunakan oleh negara Kanada pada tahun 1970an. sejak dicetuskan oleh komisi kerajaan Kanada dan di umumkan penggunaannya secara formal konsep multikulturalisme ini mendapat dukungan dari politikus dan akademisi yang menggagas konsep ini. 

Mereka menganggap bahwa sudah seharusnya politik bersifat progresif dan berekspresi resmi dari keyakinan akan keunggulan nilai nilai toleransi dan sikap inklusif terhadap pendatang baru yang berlatar belakang berbeda etnis. Lalu negara berikutnya yang mendeklarasikan diri memeluk paham multikulturalisme adalah Australia. Hal ini dilakukan sebagai tanggapan dari banyaknya pendatang dari Asia yang bermukim di sana. Kurang lebih hal seperti ini sama terjadi di Kanada, Inggris, Jerman, Israel dan USA, meski penyusun mutikulturalnya berbeda.

Indonesia sendiri telah memiliki sejarah multikulturalisme selama puluhan abad. Diterimanya bangsa pendatang dari Eropa di Indonesia meski pada akhirnya menjajah negeri ini dan para pedagang dari Timur Tengah membuktikan bahwa masyarakat Indonesia memiliki sikap multikulturalisme di hati mereka sejak dahulu kala. Lalu muncul ikrar sumpah pemuda yang menunjukkan bahwa semangat multikultur terus membara di negeri ini. 

Setelah sumpah pemuda semangat multikulturalisme di Indonesia terus di junjung tinggi oleh para pendiri bangsa Indonesia saat mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Semangat tersebut membuahkan hasil yang dinilai dapat menjadi jalan tengah dari setiap perbedaan yang ada di Indonesia, yaitu Pancasila. Selain lima sila Pancasila, simbol burung garuda dan semboyan Bhineka Tunggal Ika semakin menguatkan bukti yang tak terbantahkan terkait semangat multikultur negara Indonesia.

Pada masa orde baru multikultural di Indonesia dibungkam dengan alasan demi persatuan dan kesatuan negara Indonesia. Akibatnya setelah Soeharto lengser dari jabatannya masyarakat Indonesia mengalami euforia kebebasan yang nyaris kebabalasan, terkikisnya kepatuhan terhadap hukum, moral, etika, dan kesantunan sosial. 

Gaya kebiasaan dari orde baru masih terbawa masyarakat Indonesia yang menganggap bahwa perbedaan dan keragaman etnis hanya akan menghambat pembangunan nasional. Sehingga dialog lintas budaya masih jarang dilakukan. Sedangkan keseragaman adalah sesuatu hal yang cukup membahayakan bagi bangsa Indonesia sendiri. Hal ini dapat menyebabkan konflik sosial kemanusiaan yang akan banyak menelan korban jiwa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun