Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Mari Membayangkan Jika ESL Jadi Digelar

23 April 2021   16:02 Diperbarui: 23 April 2021   16:26 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dari sumsel.tribunnews.com

Memungkinkan? Sangat. Tinggal diberi aturan tegas saja, bahwa siapapun di liganya terdegradasi ke level di bawah, otomatis terdegradasi juga di semua level ESL. Kecuali kalau semua kasta di semua liga negara peserta dilibatkan, yang tentunya jumlahnya akan sangat-sangat besar, dan memerlukan pengaturan yang lebih rinci.

Konsekuensi Positif

Apa nilai positif jika terselenggara? Bagi penyelenggara (misalnya saja kemudian dikelola oleh UEFA atau badan yang ditunjuk), tentu saja ini ladang duit. Baik dari sponsor maupun hak siar. Begitupun dengan klub-klub pesertanya. Selain dari liga domestik, juga penghasilan dari liga Eropa ini.

Seperti halnya di liga, juara dan promosi selalu berkaitan dengan penghasilan tambahan yang tak sedikit, disamping hak siar dan tiket (jika situasi sudah normal). Kota-kota penyelenggara juga kebagian untung. Karena akan kedatangan penonton yang bukan hanya dari luar kota, tapi juga dari luar negara. Bisnis hotel dan lain-lain tentu saja kecipratan rezeki.   

Bagi pelatih dan pemain, tentu saja akan mudah bagi mereka untuk mengajukan kenaikan gaji, apalagi jika bermain di level teratas. Kesempatan para pemain cadangan dan pemain muda untuk lebih sering dimainkan juga meningkat.

Bagi penggemar, mereka akan semakin sering melihat klub kesayangannya berlaga. Sudah di laga domestik, ditambah juga dengan laga Eropa.

Konsekuensi Negatif

Bagi klub peserta, selain pemasukan yang meningkat, jangan lupa juga soal pengeluaran juga akan melesat. Akomodasi, transportasi, dan operasional lainnya akan membengkak berlipat-lipat.

Belum lagi soal jumlah pemain. 40 orang pemain bisa jadi tak cukup. Apalagi kalau sebuah klub dilanda krisis cedera. Ini jelas makan duit, apalagi jika ingin ada keseimbangan antara tim inti dengan tim cadangan. Butuh lebih banyak pemain bintang, yang tentu saja menguras kocek untuk biaya transfer yang saat ini saja sudah gila-gilaan, plus, ya itu tadi, gaji pemain yang pastinya minta lebih.

Bagi pelatih, tentu saja urusan rotasi pemain. Mereka harus jeli benar mengaturnya. Bukan saja soal strategi pertandingan, tapi juga soal kebugaran pemainnya.

Dan ini yang akan menjadi masalah utama bagi pemain. Soal kebugaran. Dalam liga domestik saja (jika ada 20 klub), mereka harus bermain sebanyak 38 pertandingan. Jika ditambah dengan 38 pertandingan lagi di ESL, jadi 76 pertandingan. Lah, satu tahun saja kalu full hanya 52 minggu. Ini harus dikurangi berbagai jenis liburan, persiapan musim berikutnya, laga domestik seperi FA Cup, Piala Raja, dll di masing-masing negara, plus pertandingan internasional.

Paling masuk akal adalah dalam satu minggu bermain 2 kali. Satu di liga domestik, satu di liga Eropa! Siapa yang bakalan kuat? Pastilah di jalan pemain-pemain mulai bertumbangan. Entah yang sekadar kelelahan, atau yang cedera ringan sampai berat. Sama sekali nggak manusiawi!  

Bagi penggemar yang doyan nonton langsung, tentu saja biaya untuk beli tiket makin bengkak. Belum lagi transport dan akomodasi. Penonton di rumah, makin banyak biaya langganan yang harus dibayar. Bahkan penonton gratisan di kafe juga harus menambah biaya ngopinya. Yang streaming, biaya pulsa/kuota juga makin bengkak pula.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun