Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Kangen Bukber... Gratisan!

16 April 2021   05:18 Diperbarui: 16 April 2021   05:26 962
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Humas Inalum via Kompas.com

Kabayan tercenung di pinggir kolam ikan milik Abah, mertuanya, yang dikelolanya. Ia baru saja memberi makan dedak dan daun talas. Ia nggak mau memberi pakan pelet, alesannya takut dicampur bahan kimia sehingga tidak organik. Selain itu, pelet harus dibeli dan lumayan mahal. "Masak iya pakan ikan saja harus beli, sementara orangnya makan seadanya!" katanya pada Nyi Iteung istrinya.

Nyi Iteung sudah nggak mau lagi berkomentar soal itu. Percuma. Susah membedakan apakah suaminya itu berwawasan lingkungan, berpikir ekonomis, atau pelit. Daripada berdebat berkepanjangan nggak ada juntrungannya, biarin saja, yang penting ikan-ikan itu dikasih makan. Setidaknya, kalau ada inspeksi dari Abah, ia selalu memuji ikan-ikannya yang segar, nggak bau tanah atau bau pelet, meski nggak terlalu gemuk.

"Sudah siap panen tawes sama nilem-nya, Yan?" tanya Mang Odon yang melintas dan melihat tetangganya itu sedang tercenung sambil mendekatinya dan berjongkok di samping Kabayan, sambil menjaga jarak.

"Bukan saya yang menentukan kapan panennya, Mang..." jawab Kabayan.

"Terus siapa, mertuamu?"

Kabayan mengangguk.

"Lama kalau miara tawes sama nilem mah Yan, coba kamu miara lele dumbo atau bawal..." kata Mang Odon lagi.

"Abah nggak suka ikan impor. Katanya lele dumbo sama bawal itu, biar cepet gedenya, dagingnya nggak enak, benyek. Kalaupun lele, dia lebih suka lele kampung, yang kecil-kecil tapi pulen!" jawab Kabayan.

"Memang bener sih," timpal Mang Odon. "Ikan-ikan kampung lebih enak, apalagi kalau gurame yang sudah gede dan tua, terus dibumbui kayak di hajatan itu, duh, seekor aja bisa saya habisin sendirian!"

"Iya Mang.... Saya juga sudah kangen pengen makan prasmanan di hajatan kayak gitu!" kata Kabayan. "Tapi karena kopid, hajatannya jadi sepi. Nggak ada prasmanan-prasmanan. Datang, nyelipin amplop, salaman jarak-jauh, pulang. Berekatnya diganti dengan sarden sama mi instan. Nggak seru!"

"Yaah mau gimana lagi..." kata Mang Odon. "Sekarang pun sudah jarang orang bikin acara buka puasa bersama lagi. Puasa tahun lalu nggak ada sama sekali, sekarang belum kelihatan, apa ada atau ditiadakan lagi..."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun