Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Stalin: (95) Hilangnya Pak Wali Kota

4 Maret 2021   23:10 Diperbarui: 5 Maret 2021   23:57 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Alip Yog Kunandar

Meski Tuan Nikoladze mengatakan ia tak punya rencana bertemu dengan pejabat Novorossiysk, tapi suatu saat, sepulang dari jalan-jalan ke pantai di bagian timur kota itu, ia pergi bersama istri dan dua orang pegawainya. Entah kemana. Soso ditinggal di penginapan bersama dengan Natela dan dua pegawai lainnya.

Soso bahkan tak tahu kalau mereka ditinggal. Seorang pegawai yang ditinggallah yang menyampaikannya kepada Natela.

"Tuan Nikoladze punya acara sendiri yang tidak disebutkan. Mereka baru akan kembali nanti sekira jam makan malam, atau mungkin setelahnya," kata Natela. "Jadi, daripada kita bengong di sini, mendingan kita jalan-jalan saja yuk!"

Sebetulnya Soso agak-agak 'tersinggung' tak diberitahu langsung, tapi ia kemudian mengingatkan dirinya sendiri, bahwa ia, sekali lagi, bukan pegawai Tuan Nikoladze. Jadi mungkin itu memang berurusan dengan tugas yang tidak harus melibatkan dirinya.

"Ya sudah, kemana kita?" tanya Soso, yang tak bisa menyembunyikan diri kalau ia tak terlalu bersemangat.

"Hei... jangan pikirkan soal Tuan Nikoladze!" Natela seolah tahu apa yang dipikirkan oleh Soso. "Kenapa nggak kita anggap sebagai kebaikan hatinya untuk memberi kita waktu bersenang-senang!"

Soso nyengir, "Iya iya... ayo, kita mau kemana?"

"Apakah kita bisa melihat matahari tenggelam?" tanya Natela.

Soso mengerutkan dahinya, berpikir sejenak. "Rasanya tidak, teluknya menghadap ke timur dan ke selatan. Kalau matahari terbit mungkin!"

Natela terlihat rada kecewa, "Nggak mungkin lah kita nungguin matahari terbit. Memangnya kita ayam yang harus membangunkan orang-orang!"

Soso tertawa, "Kalau begitu, cari kegiatan lain!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun