Rombongan itu melanjutkan perjalanannya ke bagian utara kota yang agak kurang pemukimannya. Dari situ, Laut Hitam bisa terlihat langsung. Saat orang-orang menyaksikan keindahan pemandangan itu, Soso memperhatikan jalanan yang berbatasan dengan laut itu, yang terlihat rapi dan ditata dengan baik, dilengkapi dengan tembok pembatas setinggi dengkul yang bisa dipakai duduk-duduk.
"Poti juga belum punya jalan seperti ini Tuan..." kata Soso. "Bukan jalan pemukiman yang dilewati kereta kuda, tapi jalan khusus untuk orang bersantai dan menikmati pemandangan!"
"Ya ya... memang soal keindahan kota belum ditata dengan baik, taman juga masih kurang," tukas Tuan Nikoladze. "Dan juga patung-patung atau bangunan yang khas yang membuat Poti bisa dikenali."[1]
Di banyak tempat di Novorossiysk memang banyak sekali ditemukan patung-patung dan bangunan yang menarik, membuat kota terasa semakin indah.[2] Soso juga sempat memperhatikannya, tapi rupanya Tuan Nikoladze sudah menyadarinya terlebih dahulu.
"Maaf Tuan," kata Soso, "Apakah kita tidak ada rencana untuk bertemu dengan pejabat di sini?"
Tuan Nikoladze tersenyum lalu menggelengkan kepalanya. "Buat apa? Ini bukan kunjungan resmi. Dan aku memang tak ingin membuatnya begitu!"
"Kenapa Tuan?" Soso melanjutkan pertanyaannya.
"Koba, tak banyak pribumi di wilayah baru Kekaisaran Rusia yang menjadi pejabat sepertiku. Setahuku tak ada belum ada lagi selain aku. Dan setiap kali aku bertemu dengan pejabat-pejabat lain, aku tetap saja merasa dikucilkan dan sedikit diremehkan!" jawab Tuan Nikoladze.
"Karena itu, aku malas berhubungan dengan mereka, kecuali kalau terpaksa," lanjutnya. "Urusan seperti ini, kalau mereka tahu, termasuk pejabat di Novorossiysk ini, hanya akan membuat mereka besar kepala, seolah kita memang tak bisa apa-apa dan harus belajar dari mereka. Walaupun, kenyataannya ya memang begitu!"
Soso mengangguk-angguk, "Saya mengerti Tuan!"
*****