Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Stalin: (94) Gerbang Rusia di Laut Hitam

3 Maret 2021   22:14 Diperbarui: 4 Maret 2021   23:15 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Alip Yog Kunandar

"Itulah makanya, anak-anak muda sepertimu harus sekolah tinggi, bergaul dengan bangsa-bangsa lain, sehingga timbul kesadaran akan bangsanya sendiri!" kata Nyonya Guramishvili. "Aku, suamiku, dan kawan-kawan kami yang lain, justru merasa sebagai orang Georgia ketika kami berada di luar, di Swiss, Jerman, Rusia. Sementara yang tinggal di sini, jutsru kehilangan rasa itu!"

Soso mengangguk-angguk.

Tak lama, kereta berhenti di sebuah penginapan. Mereka segera turun. Para pegawai Tuan Nikoladze sibuk menurunkan barang bawaannya. Menyadari bahwa tamu yang datang adalah pejabat dari wilayah Kekaisaran Rusia lainnya, pemilik penginapan tergopoh-gopoh menyambutnya.

Sekilas, Soso tak melihat pemilik penginapan itu sebagai orang Rusia atau Abkhaz, melainkan orang Turki, meski ia menggunakan bahasa Rusia yang terbata-bata. Topi bundar hitam yang dipakainya yang menguatkan kesan itu.

"Natela, tidurlah bersama si Koba, temani dia!" kata Tuan Nikoladze pada Natela yang sedari tadi selalu dekat dengan Soso, tapi jarang ngomong.

"Kenapa begitu Tuan?" tanya Natela yang sedikit kaget.

"Dia butuh teman ngobrol. Kalian kan sudah lama saling kenal!" kata Tuan Nikoladze lagi, tanpa menjelaskan maksud 'saling kenal' itu.

Soso agak-agak malu, jangan-jangan Tuan Nikoladze sudah mendengar kalau ia lebih banyak bermalam di rumahnya Natela ketimbang di rumah Pak Didi. Bisa jadi Pak Didi yang mengatakannya, atau mungkin Natela sendiri.

"Baik, Tuan!" kata Natela.

Soso memilih tak berkomentar, apalagi saat Nyonya Guramishvili meliriknya.

*****

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun