Mohon tunggu...
Alin Tamanna Rahmani
Alin Tamanna Rahmani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Menulis saja

Mahasiswi

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Islam, Submitting to Only One God

28 September 2020   22:37 Diperbarui: 2 Oktober 2020   09:55 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Perjalanan berpikir tentang Islam sangatlah panjang, dan sesungguhnya adalah proses berpikir yang sangat serius karena konsekuensinya adalah kehidupan setelah manusia mati, meninggalkan dunia ini. Bagi manusia yang tidak menyukai keseriusan mungkin akan sulit mencari tahu, bukan karena kesulitan akses tetapi karena kesadaran diri yang sangat kurang dalam menyeriusi persoalan ketuhanan sehingga hatinya masih dipenuhi prasangka dan sulit untuk menerima. Untuk yang sudah menyatakan diri sebagai Muslim terutama karena orang tuanya yang me-“waris”-kan agamanya, pada kenyataannya sebagian dari Muslim di Indonesia tidak mengikuti ajaran Islam secara penuh sesuai dengan perintah dan larangan Allah. Dan bukan hanya umat Muslim yang sebagiannya tidak patuh, jika kita mau melihat di luar kotak agama Islam, sebenarnya di Kristen juga sama, tetapi kerusakan itu justru terjadi secara mendasar yaitu pada berpalingnya umat Kristiani dari ajaran Yesus yang sesungguhnya.

Dengan perjalanan berpikir yang panjang dan sampai pada perbandingan agama, saya semakin memahami bahwa esensi dasar dari Islam ialah berserah diri kepada Tuhan. Hakikat dari Islam sendiri adalah submitting to God, yaitu menyerahkan diri/menundukkan diri kepada Tuhan, yaitu Allah Yang Maha Esa, Yang Menciptakan Seluruh Alam Semesta, Yang Menguasai Hari Akhir, Allah Yang Tidak Tidur dan Tidak Lelah Terus-Menerus Mengurus Makhluk-Nya, Allah yang Baqa (Kekal), Maha Mendengar, Maha Melihat, Yang Maha Berkehendak dengan Berkata “Jadilah” maka Jadilah Sesuatu Itu. Sekarang kalau kita mau berpikir, apa arti dari menyerahkan diri kita kepada Allah. Maknanya ialah Allah superior (pencipta, sempurna, tanpa keterbatasan), sedangkan kita inferior (ciptaan, tidak sempurna, punya keterbatasan) sehingga diri kita ketergantungan kepada-Nya.

 Ketergantungan yang paling dasar bisa kita rasakan nikmat yang diberikan Allah kepada kita dari mulai teraturnya kita bernafas, mata yang dapat melihat dan telinga yang dapat mendengar (dengan keterbatasan), organ tubuh kita dapat mencerna makanan yang kita masukkan ke tubuh kita, rezeki kita dan takdir dan ujian yang menimpa kita dan kapan nyawa kita dicabut pun bergantung kepada kehendak Allah, Yang Maha Mengatur. Segala sesuatu yang hidup atau tumbuh atau bergerak jika tidak ada yang mengaturnya, maka akan timbul kekacauan. Karena ketergantungan kita itulah kita bersikap menghamba, bertindak seperti halnya seorang hamba yang patuh atas perintah dan larangan dariNya. Menjadi seorang hamba Allah bukanlah sesuatu yang terhina namun sebaliknya karena Allah adalah pencipta sedangkan kita diciptakan oleh-Nya dengan kemuliaan derajat dan kelebihan dari makhluk Allah yang lainnya, yaitu diberikan akal. Allah yang Maha Pencipta memerintahkan dan melarang banyak hal terhadap kita, bukan karena ingin mendzalimi ciptaan-Nya tetapi Dia Maha Penyayang dan Maha Pengampun, maka segala perintah dan larangan-Nya adalah seluruhnya untuk kebaikan (di dunia), keselamatan (di akhirat) dan kenikmatan yang kekal (di surga). Bukti bahwa Allah tidak mendzalimi kita, adalah telah Allah perlihatkan tanda-tanda Kebesaran-Nya yaitu telah diturunkan dan dipeliharanya Al-Qur’an, yang pada masanya Kitab Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur dalam bentuk firman atau kalam atau pesan langsung dari Allah kepada Nabi Muhammad (bukan dalam bentuk kitab (buku) seperti pada masa sekarang, karena sepeninggal Nabi Muhammad SAW tidak diutus lagi seorang Nabi pun oleh Allah). Allah mengutus Nabi Muhammad SAW untuk menyampaikan ajaran Al-Qur’an sekaligus menjadi teladan (contoh) bagi umat Muslim dalam mengamalkan ibadah yang dimaui oleh Allah. Ya, manusia diperintahkan beribadah (menyembah) sesuai dengan cara yang dikehendaki-Nya, sehingga diterimalah amal kita yang kelak akan digunakan dalam perhitungan (Yaumul Hisab). Allah Maha Besar, Maha Adil dan Maha Teliti Lagi Cepat Perhitungannya.

Sikap seorang hamba selain tunduk dan bergantung, kita juga memuji-Nya dan memohon hanya kepada-Nya. Memohon dalam ajaran agama Islam berarti berdoa. Adab dalam berdoa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW yaitu dengan memuji Allah dan memberikan salam hormat bagi Rasulullah SAW sebagai utusan Allah penutup dari Nabi-Nabi Allah. Berdoa bukan suatu perkara yang mudah dilakukan, karena berdoa merupakan salah satu perwujudan dari submitting to God/ berserah diri kepada Allah. Kebanyakan manusia sulit menyadari atau ekstrimnya manusia menolak bahwa alur kehidupan yang dijalani termasuk juga nikmat (rezeki) dan ujian (musibah) yang kita hadapi sebenarnya telah tertulis di Kitab Lauh Mahfudz yang telah ditetapkan oleh Allah. Yang semestinya pertama kita sadari bahwa kita dikandung dalam Rahim selama 9 bulan oleh seorang wanita yang merupakan ibu kita, lalu dibesarkan dalam sebuah keluarga ada orang tua, kakak, adik, yang tiba-tiba saja kita ada menjadi bagian di dalam keluarga tersebut, maka hal ini termasuk salah satu ketetapan-Nya yang telah dituliskan dalam Kitab. Begitu pula rezeki manusia begitu kita diciptakan sebagaimana firman Allah dalam penciptaan manusia oleh-Nya, Allah telah menetapkan rezekinya untuk kita dan Allah tambahkan (melipatgandakan) jika kita patuh pada perintah-Nya (contoh menginfakkan sebagian harta dengan ikhlas karena mencari ridho Allah, mencari pekerjaan halal dan menjauhi pekerjaan haram yang melibatkan korupsi dan riba, rajin berdoa/shalat sunah dhuha, bersabar dan menahan amarah, dll). Demikian pula pasangan (jodoh), keturunan, dan kematian sudah ditetapkan Allah (dengan perjanjian antara Allah dengan makhluk ciptaan-Nya yaitu untuk bersedia diuji keimanannya kepada Allah di dunia yang Allah ciptakan pula kenikmatan pada dunia). Apabila kita berhasil melalui ujian-Nya (mengerjakan perintah dan menjauhi larangan) maka hadiahnya ialah kemuliaan di surga-Nya dan terlindung dari panasnya api neraka.

Kemudian, konsekuensi dari hamba Allah ialah mengikuti firman-Nya. Sebagaimana bukti bahwa Allah tidak menzalimi hamba-Nya karena Dialah Maha Pengasih Maha Penyayang, ialah Allah berikan panduan (guidance), pedoman untuk menjalani hidup di jalan yang lurus. Kitab Al-Qur’an merupakan petunjuk (user manual) bagi seluruh Manusia dan seluruh Muslim agar tidak tersesat dan juga agar tidak membuat Allah (Pencipta manusia) menjadi murka. Perhatikanlah terjemahan arti dari surat Al-Fatihah (pembukaan) Allah maka akan secara terang kita memahami kalam-Nya. Saya sebagai Muslim bukan berasal dari keluarga yang mengajarkan banyak hal tentang Islam, namun setelah saya membaca Al-Quran dengan rasa penasaran yang tinggi dan haus akan spiritualitas saya pun merasa segala sesuatunya menjadi terang benderang karena Allah telah menjelaskannya kepada saya (dan seluruh manusia) tentang semua hal yang saya tahu dan tidak ketahui. Semuanya makes sense, logis, lega dan juga setelah membacanya ada rasa takut yang penuh kesadaran dan pengharapan, sehingga ingin bersikap menghamba kepada-Nya, ingin dituntun ke jalan yang lurus dan meninggalkan hingar bingar dunia yang menjadi tipuan kesenangan, dan berharap tidak menyia-nyiakan waktu sehingga Ketika bertemu dengan-Nya kelak Ia ridho dan menyelamatkan kita dari siksaan-Nya akibat perbuatan dosa-dosa kita di dunia.

Berkaitan dengan perbandingan agama yang sempat disinggung di atas, setelah mengetahui pandangan dari umat Kristiani tentang ketuhanan dari beberapa video debat yang saya tonton dan kajian kristologi, antara lain debat legendaris Syeikh Ahmad Deedat, dan kajian Umi Irena Handono, saya mendapat banyak pengetahuan yang tadinya saya membatasi diri untuk menyemplungkan diri dalam agama selain Islam, malah semakin terbuka bahwa Kristen yang sekarang ini (bukan Kristen  masa awal yang mendekati zaman sepeninggal Yesus) memang sudah tidak sesuai lagi dengan ajaran Yesus yang sesungguhnya yaitu menyembah hanya satu Tuhan, Allah. Mungkin umat Kristiani merasa tersinggung, namun sebenarnya kami Muslim tidak menyampaikan kepada kalian kecuali itu kebenaran yang datangnya dari Allah dan kewajiban Muslim yang telah mengetahui kebenaran adalah menyampaikannya (dakwah) tanpa meminta imbalan, tanpa memaksa karena yang menentukan siapa manusia yang diberikan petunjuk adalah mutlak hak Allah. Allah pun berfirman kepada Nabi Muhammad SAW bahwa Nabi tidak perlu bersedih hati apabila banyak orang yang mendustakannya (tidak mau menerima dan mengikutinya padahal Nabi Muhammad diutus oleh Allah bukan seseorang yang hanya mengaku-ngaku Nabi), karena Allah-lah yang akan memberi keputusan (menimpakan azab-Nya saat itu juga atau menangguhkannya sampai hari kiamat tiba), dan Allah telah berjanji kepada Nabi untuk menyelamatkannya dari kezaliman orang-orang yang mendustakannya.

Sesungguhnya kami Muslim apabila tidak menyampaikan kebenaran dari Allah maka termasuk ke dalam golongan orang yang menyembunyikan (mendustakan) kebenaran tersebut (semoga Allah melindungi kami dari golongan yang mendustakan). Dan bagi kami Muslim apabila tidak berbuat apa-apa (diam saja) maka termasuk orang-orang yang dalam kerugian atas masa hidup (usia) yang diberikan Allah selama di dunia karena tidak berdakwah kepada sesama manusia yang di antara manusia tersebut mungkin ada setitik iman yang dia punya. Sebagaimana firman-Nya, demi masa sesungguhnya manusia berada dalam kerugian, kecuali yang beriman, beramal saleh, yang mengajak dalam kebaikan (dakwah), dan bersabar dalam dakwahnya.

Adanya debat antara agama Islam dan Kristen bukan untuk menimbulkan perpecahan atau menghina agama, tetapi tujuannya adalah menemukan kebenaran. Kami Muslim menghormati hak beragama umat lain, namun tugas kami hanyalah menyampaikan. Apakah didengarkan atau tidak, dibaca atau tidak. Setelah kebenaran itu datang kepada kalian, menjadi pilihan umat Kristiani untuk tetap berpegang pada doktrin Paulus yang menuhankan Yesus atau memilih mengikuti Yesus yang mengajarkan ketuhanan Yang Satu. Karena untuk menuntun ke jalan yang lurus itu datangnya dari Allah bukan dari manusia lain, manusia lain hanyalah media yang menjadi perantara hidayah saja.

Yesus berdoa dengan bersujud kepada Allah di taman Getsemani, tetapi umat Kristiani sekarang beribadah tidak mengikuti Yesus yaitu tidak bersujud. Yesus seorang Rabbi Yahudi yang memiliki istri dan anak keturunan (Maria Magdalena dan Yustus bin Yesus menurut kitab) tetapi Alkitab terjemahan dalam Bahasa Inggris tidak menuliskan terjemahan apa adanya seperti dalam Bahasa Aslinya (original language), yaitu Bahasa Hebrew/Aramaic/Ibrani. Yesus tidak mati di kayu salib dan karena ia tidak mati maka ia tidak pernah bangkit dari kematian, cerita penyaliban yang nyata ataukah fiksi, karena Yesus mengatakan bahwa tidak ada tanda selain tanda sebagaimana Nabi Yunus AS (Jonah) yaitu selama 3 malam dan 3 hari Yunus dilemparkan ke dalam ombak dan ditelan ikan paus lalu dimuntahkannya dalam keadaan hidup dan utuh yang merupakan mukjizat dari Allah, di mana lazimnya manusia yang mengalami peristiwa seperti Yunus akan mati dan hancur di dalam perut ikan paus. Begitu pula Yesus berada di dalam Rahim bumi (dikubur dalam tanah) merupakan suatu mukjizat dari Allah bahwa ia hidup dan utuh (tidak mati). Alkitab sudah banyak diteliti oleh pakar Kristen di Barat, dan kita tinggal merujuknya saja. Seperti penelitian yang kita lakukan Ketika membuat skripsi, thesis, karya ilmiah tentunya ada hipotesis yang dibuktikan kemudian ditarik kesimpulan.

Pada saat saya kuliah dulu, saya juga mengalami fase mencari Islam, saya mencari keyakinan dan saya mencari Tuhan. Pada saat saya membaca beberapa buku tauhid Islam, di situ dikatakan bahwa beriman itu perlu pembuktian. Saya berpikir sebuah analogi karena saya belajar di jurusan akuntansi. Seperti layaknya seorang auditor Ketika mengaudit laporan keuangan klien apakah laporan tersebut dapat diberikan opini wajar atau wajar dengan pengecualian, atau tidak wajar atau tidak bisa diberikan opini. Untuk sampai kepada kesimpulan atas kebenaran laporan keuangan, pertama auditor harus menetralkan pikiran (jauh dari keberpihakan terhadap si klien contohnya berpikir tentang imbalan yang dijanjikan oleh klien), kemudian auditor harus mengumpulkan bukti-bukti dari saat ini ke belakang atau ke masa lampau untuk meyakini suatu transaksi memang benar-benar terjadi, meyakini angka jumlah yang dicatat benar, meyakini akun-akun yang dicatat benar, meyakini waktu pencatatannya telah benar. Metode ini disebut tracing (menelusuri dokumen transaksi) yang caranya adalah kita berangkat dari saldo laporan keuangan saat ini kemudian mencari dokumen apa saja dari periode lalu yang Ketika dikumpulkan jumlah saldonya menghasilkan angka yang sama dengan yang tercatat di laporan keuangan. Hal ini sejatinya sama dengan Ketika kita ingin meyakini Tuhan, kita perlu bukti bahwa Tuhan yang disebutkan dalam kitab adalah benar Tuhan. Bukan karena nenek moyang mengatakan inilah Tuhan maka kita langsung meyakini, tetapi kita diberikan akal untuk mencari tahu, untuk melakukan pembuktian akan Tuhan. Siapa itu Tuhan, mengapa Tuhan menciptakan, apa saja yang Tuhan perintahkan, dimana Tuhan, kapan kita bertemu Tuhan, bagaimana kita harus bersikap kepada Tuhan. Dan banyak pertanyaan-pertanyaan dalam benak kita terkait keyakinan ini, yang jawabannya secara terang benderang ada di dalam kitab Al-Qur’an yaitu kalam Allah, sebuah mukjizat yang nyata, kitab ini benar-benar dipelihara oleh Allah sesuai janji-Nya.

Kembali pada judul Submitting to God, menurut pendapat pribadi saya saat memperhatikan kata-kata yang diucapkan oleh orang Kristen pada video debat yang membahas konsep/ide menuhankan Yesus dan mereka kaitkan dengan konsep dosa warisan yang mana merupakan doktrin Paulus, mereka seakan merasa bahwa Yesus mengorbankan dirinya dengan bersedia mati demi mereka yang berdosa dan hal ini mereka pandang/simpulkan sebagai wujud Kasih. Sedangkan mereka tidak menyukai ide bahwa Tuhan menyiksa manusia atas perbuatan dosa yang dilakukannya (siksa/hukuman di neraka), dan ide bahwa sejatinya tidak adanya dosa warisan karena sesungguhnya Allah telah mengampuni Nabi Adam yang bertaubat kepada Allah (Allah Maha Pengampun) dan yang diminta Allah adalah masing-masing manusia menanggung dosanya sendiri-sendiri dan berusaha meraih ampunan Allah (bertaubat) sendiri-sendiri. Kristen berpandangan (dan ini terucapkan oleh mereka pada debat tersebut) bahwa tidak mungkin Tuhan Menghukum dan sekaligus Mengampuni, mereka bertanya Tuhan yang seperti apa, karena dalam diri mereka ada kecenderungan tidak ingin mematuhi perintah Tuhan, contohnya perintah Tuhan yang diturunkan kepada orang Israel melalui Nabi Musa dalam Perjanjian Lama mereka batalkan dengan Perjanjian Baru, di antaranya perintah bersunat. Orang Kristen yang sekarang (berpedoman pada ajaran Paulus) seakan tidak mau susah-susah menjalankan perintah dan menjauhi larangan Tuhan tetapi mereka menginginkan surga dan tidak menginginkan hukuman di neraka atas perbuatan mereka melanggar perintah dan larangan Tuhan. Padahal Tuhan adalah Pencipta yang Maha Besar, Maha Agung, yang saya istilahkan superior dan manusia adalah inferior atau tidak setara dengan Tuhan sehingga sangat masuk akal jika kita yang inferior ini dihukum karena melanggar aturan Sang Superior, karena kita membuat-Nya murka dengan perbuatan kita yang tidak patuh. Segala aturan yang diperintahkan dan dilarang adalah demi  kebaikan manusia ciptaan-Nya itu sendri, bukan untuk menyusahkan manusia. Namun setan memperdaya manusia sehingga dirinya cenderung kepada mengikuti hawa nafsunya yaitu kesenangan kehidupan duniawi yang sesaat dibandingkan menaati aturan Tuhan Penciptanya yang akan berguna di kehidupan yang kekal. Dan sesungguhnya Allah sudah berbuat baik kepada kita dengan memberikan nikmat yang tak terhitung, berkaitan dengan hukuman atas dosa manusia, Allah berfirman dalam Al-Qur’an bahwa seandainya Allah tidak menangguhkan siksanya sampai dengan hari kiamat, maka saat ini pasti sudah tidak ada satupun manusia yang berada di bumi karena Allah langsung menghukum manusia atas dosa-dosanya yang diperbuat. Tetapi dengan diberikannya penangguhan itu maka itulah wujud kasih sayang Allah yang memberikan kesempatan (umur) bagi kita untuk bertaubat ke jalan yang lurus dan melaksanakan aturan-Nya sebelum datangnya kematian yang telah ditetapkan-Nya atas kita. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun atas perbuatan dosa manusia, hanya saja kebanyakan manusia lalai dari hal ini, malah berpandangan yang sengaja menentang sebagaimana yang saya nyatakan di atas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun