Mohon tunggu...
Mukti Ali Bin Syamsuddin Ali
Mukti Ali Bin Syamsuddin Ali Mohon Tunggu... Konsultan - Trainer di OPP

Suaminya Novi, ayahnya Sheikha, domisili di kampung tengah, dekat kampung monyet, Jakarta Timur.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Dewa Gilang = Jalaluddin Rakhmat?

11 Juni 2012   18:01 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:06 1361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Seorang Kompasianer, kalo enggak salah namanya Abah Wik,  berkomentar di tulisan Kang Reby Wahyudi, dalam komentarnya itu dia dengan tegas mengatakan kalo Dewa Gilang = jalaluddin Rakhmat, mengapa dia dapat berpendapat seperti itu? Bagi anda yang menyukai tulisan tulisan kang Jalal, pendapat kompasianer itu bukan tampa alasan.

Ada ''aroma'' kang Jalal dalam tulisan tulisan Dewa Gilang, masih penasaran? Baiklah saya kasih contoh contoh tulisan Dewa Gilang yang terpengaruh gaya kang jalal.

Salah satu tulisan  itu berjudul, PSSI: An Organization Which began with '' no''. Bandingkan dengan judul tulisan kang Jalal dalam Islam Aktual yang berjudul, A Religion Which began with ''no''. ah, itu mah kebetulan aja agak mirip, ente terlalu mencari cari kesalahan orang lain sih, mungkin akan ada kompasianer yang berkata seperti itu.

Ok, saya akan masuk ke dalam isi tulisan, di tulisan itu Dewa gilang menulis,'' Saudaraku....Tak kala ia( Ali) di suruh untuk mengikuti tradisi yang berlawanan dengan nuraninya maka dengan tegas ia mengatakan ''tidak'' perkataan, yang menurut Ali syari'ati telah melahirkan madzhab baru dalam politik Islam yang di mulai dengan kata ''tidak''. A religion which began with ''no'' meminjam istilah istilah Dr. Fensterheim, Ali telah mengikuti adagium kejujuran: Don't say '' yes'' when you want to say ''no''.

Bandingkan dengan tulisan kang Jalal,'' Menurut Ali Syari'ati, Ali telah menegaskan mazhab politik Islam yang di mulai dari kata ''tidak''. A religion which began with ''no''. dengan menggunakan istilah Dr. Fensterheim, Ali telah mengikuti adagium kejujuran: Don't say '' yes'' when you want to say ''no''.

Kalo dalam tulisannya Dewa gilang memakai kata '' meminjam istilah Dr. Fensterheim sedangkan kang Jalal memakai kata menggunakan istilah Dr. Fensterheim''. Dalam tulisan lain Dewa gilang menggunakan judul yang jelas sekali meniru judul buku kang jalal, tulisan itu berjudul,'' Teman... Dahulukan Akhlak di atas Fiqh''.

Bukan hanya judul yang sama, sebagian isinya terutama kalimat terakhir saya kira di ambil dari buku kang Jalal yang lain, di sana Dewa gilang menulis,'' Akhirnya saya teringat ucapan Emha, yakni di atas fiqh ada moral, di atas moral ada cinta....''.

Bandingkan dengan tulisan kang Jalal dalam Islam Aktual,'' Emha Ainun Najib, yang jebolan pesantren Gontor, memberikan penjelasan: ''  Di atas hukum formal ada moralitas, di atas moralitas ada cinta. Di atas fiqh ada akhlak, di atas akhlak ada taqwa dan tawakal...''.

Sebuah tulisan lain dari Dewa Gilang yang  terinspirasi dari kang Jalal adalah tulisannya tentang semangat Khawarij yang masih tersisa.  Di sana Dewa gilang menulis sumbernya memang berasal dari Kang Jalal,  saya teringat bahwa kang Jalal memang pernah menulis tentang biang biang perpecahan umat. Dalam tulisan itu kang Jalal membahas secara tuntas tentang tanda tanda Khawarij.

So, dengan demikian enggak heran, Jika saudara Abah Wik sampai punya pendapat kalo Dewa Gilang = Jalaluddin Rakhmat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun