Mohon tunggu...
AliZA
AliZA Mohon Tunggu... Dosen - Selalu ingin menulis dari hati

Penulis yang jujur~

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Nasib Pengangguran di Tengah Wabah Corona

21 April 2020   17:31 Diperbarui: 21 April 2020   20:37 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sudah sebulan lebih kita bersama terjebak dalam kabut hitam corona. Satu per satu korban berjatuhan bukan lagi setiap hari. tapi sudah setiap detik, betapa menyayat hati dan membakar rasa perihatin. Semua orang terlihat sibuk melihat jam di tangannya, melihat masih adakah waktu yang tersisa. Walau sesaat berdoa pada sang Pencipta. Kita berharap semoga corona ini segera berakhir dan lekas kembali seperti semula.

Beberapa bulan sebelum terjadinya corona, adalah waktu yang spesial bagi gue. Semua peluh, semua luka, gue sudah jenuh merengkuhnya. Gue akhirnya wisuda, gue nerima apa yang seharusnya gue terima. Penghargaan tertinggi sebagai seorang mahasiswa. Yaitu kelulusan. Untuk sementara gue bisa santai dan merasakan nikmatnya dunia, karya Tuhan ini. Tanpa berpikir apa-apa karena otak gue sudah gue peras sedemikian rupa demi mengejar ujian pendadaran.

Sampai satu bulan berlalu dan gue putuskan untuk mulai mencari sebuah pekerjaan. Koran demi koran, situs loker demi situs loker, sampai feed ig demi feed ig. Gue telusuri demi mendapat informasi lowongan pekerjaan. Tanpa lelah gue buat cv dan cover letter, gue buat satu-satu untuk setiap lowongan yang gue apply. Sembari menunggu jawaban gue terus lamar lowongan lain, sembari menunggu itu pula gue bekerja part time. Gue merasa sudah cukup dewasa untuk hidup sendiri, dan gue gengsi ke ortu gue kalau hidup terus nyusahin mereka.

Perlahan ada jawaban gue mulai dipanggil interview, namanya juga fresgrad interview gue banyak yang berakhir pilu. Gue sering kalah saing sama mereka yang memiliki pengalaman. Tapi gue tanpa gentar terus mencoba, sembari itu pula gue terus banting-tulang di kerjaan part time gue. Life must go on.  Sampai tiba di akhir bulan lalu, tepat sudah setahun gue belum juga mendapat pekerjaan tetap. Sementara gue masih sibuk kerja part time demi memenuhi perut gue.

Tetiba gue denger wabah virus corona sudah masuk di Indonesia. Gue sempat nggak percaya dan meremehkan nggak mungkin virus bertahan di wilayah tropis. Tapi kenyataanya lain sampai hari ini sudah ada 6.000an korban corona dan angka itu masih terus merangkak naik. Hal ini juga berimbas ke perekonomian, banyak UKM yang tutup. Salah satunya tempat gue part time. Gue bingung harus bagaimana, gue tanya ke bos gue, pun dia nggak bisa memberikan jaminan apa-apa.

Ditengah ketidak pastian gue mencoba memutar otak. Gue mencoba berjualan tapi berakhir bangkrut, karena modal gue tidak sanggup menopang jalannya jualan gue. Gue coba menawarkan jasa dan tenaga untuk kerja serabutan. Nyatanyan gue hidup di kota, dan karena wabah juga semua jadi tidak ada yang nerima tawaran gue. Sekarang gue hanya bisa berdoa, semoga tabungan gue cukup untuk biaya hidup sampai wabah ini reda. Gue nggak mau nyusahin ortu.

Beberapa waktu lalu sempat muncul harapan, ditengah rasa putus asa gue mencari pekerjaan. Berupa bantuan Kartu Pra Kerja. Harapan gue langsung membumbung tinggi, tanpa ragu gue mendaftarkan diri gue. Dengan harap-harap cemas, semoga gue dapat. Karena akan sangat membantu kehidupan gue. Namun sayang seribu sayang gue tidak mendapatkannya. Ya Tuhan gue harus gimana lagi.

Kini gue Cuma bisa menunggu keajaiban. Karena sebagai pengangguran, gue sama sekali belum mendapat pekerjaan tetap dan gue tidak bisa kerja part time.Untungnya gue masih ada beberapa temen yang peduli dan mau bantuin biayain hidup gue. Rasa tolong-menolong ini lah yang bisa bantu, pengangguran kayak gue. Bisa bertahan hidup setiap harinya. Tapi sampai kapan gue terus berharap pada uluran tangan, sampai kapan mereka masih mau membantu. Semoga cepat berakhir.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun