Selama ini, pelatihan menulis buku memang sudah banyak dilakukan. Biasanya jika dilaksanakan secara offline, bertempat di hotel-hotel atau aula yang bagus. Bisa berAC dan mewah. Tujuannya, peserta bisa fokus dan nyaman.
Namun sangat berbeda dengan pelatihan yang digagas oleh sahabat guru ini. Berawal dari keingintahuan teman guru pengajar praktik, kami berdiskusi. Tak butuh waktu lama. Kurang dari 7 hari diputuskan untuk mengadakan pelatihan terbatas dan singkat. Lalu, diistilahkan dengan Pelatihan Menulis Buku, Kelas Advance. Ada juga yang menyebut sebagai Kelas Akselerasi.
Mengapa? Sebab, selain pesertanya dibatasi (tidak lebih dari 10 orang), materi yang didajikan pun mengkerucut pada teknik penulisan secara langsung. Tujuannya, agar guru peserta pelatihan benar-benar segera menulis.
Simpel. Pelatihan dilaksanakan selama 2 hari. Bahkan hanya sekitar 2,5 jam. Tetapi, sangat berkualitas. Ini pelatihan yang saya suka. Peserta sangat antusias. Bukan hanya semangat. Tetapi, mereka juga menulis dari hari pertama. Bayangkan!
Uniknya, pelatihan ini dilaksanakan secara sukarela. Setiap peserta membawa kue dan minuman sendiri. Sehingga terasa akrab. Kental akan semangat kekeluargaan.
Materinya juga sederhana. Kami belajar tentang growth mindset, ragam tulisan, teknik mudah dalam menulis, portofolio digital, stuck idea, menyusun outline, swasunting, penerbitan, dan publikasi.
Pada pelatihan itu, pemateri memberikan keluasan waktu bagi peserta untuk diskusi, konsultasi, bertanya, menjawab dan berpendapat. Intinya, pelatiyan iti berjalan dengan lancar. Tidak teras, waktu 2 jam sangat sebentar. Tiba-tiba azan mahrib, dan barulah peserta bubar.
Pada hari pertama, pemateri memberikan semangat dengan ice breaking. Yakni, video pendek tentang pemain sepak bola yang berlatih. Di sana ada pelatih dan pemain. Tampak, seorang pelatih memanggil salah satu pemain unyuk melakukan gerakan power. Yaitu, merangkak dari ujung lapangan menuju ujung lainnya. Tidak itu saja, ia harus menggendong rekan lainnya.
Alhasil, ia berhasil hingga selesai. Meski awalnya dicibir rekan lainnya, kemudian justru pemain lain merasa takjub.
Di sinilah peran seorang pelatih diuji. Sang pelatih berteriak memberi motivasi. Meskin sang atlet merasa tak mampu dan ototnya seperti terbakar, ia sanggup menyelesaikannya hingga di ujunh lapangan.
Barulah kemudian, pemateri menyajikan materi ringan. Yakni, pertanyaan dengan multi jawaban sesuai genre tulisan. Artinya, sebuah kasus dalam pertanyaan, bisa dijawab dengan beragam genre tulisan.
