Mohon tunggu...
Alifia Ikhvan
Alifia Ikhvan Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa

Sastra Inggris Universitas Andalas

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kato Nan Ampek

25 Maret 2021   17:31 Diperbarui: 25 Maret 2021   17:50 559
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Seperti yang kita ketahui, Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya, adat, dan sukunya. Setiap suku tentunya memiliki sistem adat dan nilai-nilai luhur yang berbeda serta ciri khasnya masing-masing. Tata krama dalam berbicara merupakan hal dasar yang sangat penting untuk diajarkan oleh setiap adat di Indonesia.

Tak terlepas dari Minangkabau, sebagai urang awak, dalam keseharian kita memiliki tata aturan berbicara kepada sekolompok orang tertentu. Maka bedasarkan hal itu, tata krama berbicara dalam Minangkabau terbagi atas empat kelompok, yang dikenal dengan kato nan ampek (kata yang empat), yaitu: mandaki (mendaki), manurun (menurun), mandata (mendatar), dan malereang (malereng).

Sebelum kita membahasnya lebih dalam, ada baiknya untuk mengenal kato nan ampek terlebih dahulu. Kato nan ampek merupakan sebuah landasan bagi orang Minangkabau dalam menjaga norma kesopanan dalam berbahasa sehari-hari kepada orang yang seusia dengan kita, maupun lebih tua atupun muda. Seperti yang sudah dibahas tadi, kato nan ampek memiliki empat bagian---mandaki, manurun, mandata, dan malereang, berikut adalah pembahasannya.

Kato Mandaki (kata mendaki) merupakan suatu etika berbicara kepada seseorang yang posisinya lebih tinggi daripada kita, seperti orangtua, guru, ulama, tokoh masyarakat, atau orang-orang yang lebih tua daripada kita. Saat berbicara dan berinteraksi, hendaklah kita menggunakan kata yang lembut dan sopan, serta bertindak dengan sopan santun dan menghargainnya.

Kato Manurun (kata menurun) adalah tata cara berkomunikasi dengan orang yang posisinya dibawah kita, seperti orang-orang yang umurnya lebih muda atau remaja dan anak-anak kecil. Ketika berbicara kepada orang yang lebih muda, kita harus tetap menjaga kesopanan, menghargai, dan tidak boleh semena-mena---tidak merasa paling tauh dan benar.

Kato Mandata (kata mendatar) adalah etika cara berbicara kepada teman sebaya kita; orang-orang yang seusia dengan kita. Ketika berbicara dengan orang yang seumuran, cara kita berinteraksi dengan mereka memanglah sangat beda dengan orang yang lebih tua maupun orang yang lebih muda. Namun, bukan berarti kita boleh berbicara seenaknya saja. Kita masih harus tetap saling menghormati dan menghargai, dan berbicara dengan sewajarnya; saling menjaga perasaan dan tidak menyinggung.

Kato Malereang (kata melereng) merupakan tata cara kita berinteraksi dengan orang yang dituakan secara adat atau orang-orang yang terhormat, misalnya seperti kepada orang-orang nagari (pemerintahan), ataupun seperti mertua dengan menantunya dan sebaliknya. Dalam kata melereng, kita menggunakan kata-kata berkias banding dan hendaklah harus tetap berbicara dengan lembut dan santun.

Masyarakat Minangkabau memang terkesan sedikit keras dan tegas dalam tata bericaranya, tetapi inilah yang membuat nilai adat Minangkabau menjadi lebih tinggi dengan standar etika yang baik dan menjadi sesuatu yang perlu kita jaga kelestariannya, termasuk tata krama dalam berbicara.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun