Pada tulisan kali ini adalah mengkritik apa yang telah disampaikan oleh pemateri mengenai intuitif dalam relavansi aklak dengan al quran. Intuitif adalah salah satu metode dalan mengambil suatu keputusan. Berpikir intuitif adalah berpikir tanpa kesadaran, proses berpikir yang terjadi secara cepat, mendadak, yang menghasilkan suatu pengetahuan yang tidak dapat diambil dari kesadaran tetapi mempengaruhi perilaku (Hastjarjo, 1999).
 Intuisi biasanya akan memberikan sebuah peringatan mengenai ancaman-ancaman bahaya tepat pada waktunya, sehingga seseorang dapat menghindari dengan diberitahukan mengenai kesempatan dan waktunya (Wuryanano, 2006). Intuisi datang saat tidak disadari dan anugrah tuhan untuk manusia tertentu. Myers (2000) mengemukakan, intuisi sangat dipengaruhi oleh suasana emosi yang
dialami seseorang, sehingga sangat penting artinya bagi seseorang untuk menghayati pengalaman emosinya untuk memberi petunjuk bilamana ia dapat memanfaatkan intuisi dengan sebaik-baiknya. Intuisi dalam akhlak tidak bisa selalu diandalkan dikarenakan bisa menjadi sosok emosional. Emosi membuat kehidupan orang lebih beragam dan berwarna dari pada datar dan membosankan (Prawitasari, 2002).
Daftar pustaka
- Hastjarjo, T. D. (1999). Berpikir implisit: Tidak tahukah kita bahwa kita tahu?
Psikologika, 7, 26-33.
- Wuryanano. (2006). The touch of super mind. Jakarta: PT Elex Media Komputind
- Myers, D.G. (2002). Intuition: The powers and perils. London: Yale University Press.
- Prawitasari, J. E. (2002). Psikologi emosi dalam kehidupan sehari-hari. Pidato Lektor Kepala. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.
#lk2korkomsa2021