Mohon tunggu...
Alif Akhtar_
Alif Akhtar_ Mohon Tunggu... Mahasiswa - Alif Akhtar Hasan-Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalinaga-20107030150

Alif Akhtar Hasan-Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalinaga-20107030150

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengenal Arti Kesetaraan Gender Versi Sandy Cheeks

29 Juni 2021   21:55 Diperbarui: 30 Juni 2021   01:00 2592
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sandy Cheeks/Sumber: Screen Rant

Sandy adalah karakter yang sering kita lihat dalam serial animasi berkepala kotak, maksud saya bercelana kotak, Spongebob Squarpants. Dirinya adalah salah satu atau mungkin hanya satu satunya mamalia yang tinggal di dasar laut di Bikini Bottom.

Dulu mungkin saat kecil kita hanya melihat Sandy sebagai karakter pelengkap dalam serial animasi tersebut, tingkah dan sifatnya memberi warna tersendiri bagi penonton setia Spongebob Squarpants, belum lagi tempat tinggalnya yang unik dalam sebuah kubah udara yang terdapat rumah pohon di dalamnya. 

Namun siapa sangka, ternyata Sandy mampu memberi kita sebuah pelajaran yang luar biasa tentang kehidupan bersosial, khususnya dalam konteks kesamarataan gender.

Kali ini kita akan membahas apa saja yang kiranya dapat kita petik dari karakter yang berasal dari Texas ini.

1. Perempuan dan kehidupan mandiri

Banyak asumsi yang berkembang di tengah masyarakat bahwa perempuan akan selalu membutuhkan peranan laki-laki, atau jika dirinya belum pasangan, paling tidak intervensi orang tua akan sangat terasa dalam kehidupan seorang perempuan yang pada dasarnya memiliki hak kebebasan yang sama seperti laki-laki. 

Sandy berhasil mendobrak stigama tersebut dengan bukti bahwa dirinya berhasil hidup secara mandiri dan tak terikat oleh sebuah hal yang pada dasarnya menganggu kebebasannya sebagai perempuan.

2. Perempuan dan pendidikan

Stigma lain yang berkembang di tengah masyarakat yang terkesan tidak memihak pada kaum perempuan adalah ketika perempuan dinilai tak terlalu membutuhkan pendidikan yang tinggi, hal tersebut digaungkan dengan alasan kaum perempuan nantinya juga hanya akan ada di dapur dan mengurus kebutuhan rumah tangga, hal tersebut juga didorong oleh sebuah ungkapan bahwa perempuan lebih optimal dalam ranah rasa dibanding laki-laki yang dianggap lebih rasional. 

Benarkah seperti itu?

Kenyataannya stigma tersebut hanya terbentuk oleh tradisi dan kebiasaan kita sabagai masyarakat yang kemudian membentuk realitas tersebut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun