Mohon tunggu...
Aliet Candra Seviyanti
Aliet Candra Seviyanti Mohon Tunggu... -

a wife, a mother and a blue collar worker

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kejujuran Pengemudi Taksi

13 Januari 2012   10:07 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:56 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari Minggu 8 Januari yang lalu, saya, suami, anak dan ibu saya pergi ke pusat perbelanjaan di bilangan Kuningan, Jakarta Selatan dengan menggunakan taksi Bl** Bi** dengan nomor lambung XI*** dengan pengemudinya bernama Sum******, saya hanya membaca nama sopirnya tanpa mengingat nomor taksinya (kecuali hanya selintas 2 huruf depannya saja). Hujan rintik-rintik memperlambat laju taksi hingga setelah perjalanan setengah jam, kami pun sampai di tempat tujuan dan kami pun turun. Saya, ibu dan anak saya yang masih bayi berjalan duluan untuk segera mencari tempat berteduh, sedangkan suami saya belakangan karena harus membayar taksi. Suami saya akhirnya menyusul, dan menanyakan topi anak saya apakah tertinggal atau tidak sebab sebelumnya sudah pernah tertinggal di bus Damri bandara. [caption id="attachment_163554" align="aligncenter" width="300" caption="topi yang tertinggal :D"][/caption] A(Abi = panggilan suami saya) : Topi Sultan ketinggalan ga? Saya: Engga, udah masuk tas nih Ibu saya : Lho topi Mas Imam (panggilan ibu saya ke suami saya) mana? Ibu saya ganti menanyakan topi suami saya. O-o rupanya malah topinya yang tertinggal di taksi di jok depan. Suami saya berbalik dan mencari taksi tersebut dan ternyata sudah tidak ada. Berdasarkan keterangan suami saya, topinya sepertinya jatuh di bawah jok depan sehingga tidak terlihat saat dia turun. A: Umi tau nomor teleponnya Bl** Bi** ngga? kita telepon aja ya S: Ada abi, nanti ya kita telepon. Wah ternyata suami saya belum merelakan topinya :) maklum topi kesayangan,,hehe. Pas hari Senin nya saya pun googling nomor telepon layanan pelanggan taksi itu. Saya menyampaikan informasi selengkap mungkin mulai dari waktu perjalanan (hari, tanggal, jam), tujuan, nomor taksi dan nama pengemudi serta deskripsi barang yang tertinggal. Setelah mencatat informasi dari saya, dari CS nya menanyakan alamat dan nomor saya yang dapat dihubungi. Oleh mereka dijanjikan saya akan dihubungi apabila telah ditemukan. Besok - besoknya saya sudah tidak memikirkan lagi tentang topi tersebut sampai pada hari Rabu malam saya ditelepon dan diberitahu bahwa topinya telah ditemukan. Alhamdulillah,,dan disebutkan bahwa topi harus diambil di poolnya daerah Kalibata. Kemudian saya tanya bisa tidak dikirim, maksud saya via kurir pengiriman begitu, saya bersedia mengganti ongkos kirimnya. Dan CS nya menyanggupi. Hari ini, seorang pengemudi taksi datang ke kantor saya mengantarkan topi itu. Agak kaget juga saya, soalnya tidak siap apa-apa (baca: sekedar tanda terima kasih) dan saya pikir barang akan dikirim via kurir jasa pengiriman. Saya bingung juga ya, dan saya tanya ke Bapak Me*** (XD***) yang mengirimkan topi itu, apakah ada ongkos kirimnya dan dia bilang tidak ada. Dia pun segera permisi dan melanjutkan perjalanannya. Semoga Allah membalas kebaikan dan kejujuran Pak Me*** dan Pak Sum******. Amin,,

13264484651656607843
13264484651656607843
Sebuah topi sepertinya bukan barang berharga akan tetapi karena kejujuran dan profesionalisme dalam mengutamakan pelayanan kepada pelanggan, pihak taksi bersedia mengakomodir laporan saya dan menindaklanjutinya. Pengemudi pun telah jujur melaporkan barang yang tertinggal(Pak Sum******) serta mengantarkannya meskipun bukan di taksinya topi itu tertinggal (Pak Me***). Akan tetapi rasanya masih ada yang mengganjal di hati saya karena belum sempat 'berterimakasih' kepada kedua pengemudi itu. Kira-kira apa ya yang bisa saya lakukan? rekan-rekan Kompasiana, ada ide? Salam Kompasiana *nama dan nomor taksi sengaja disamarkan untuk menghindari penyalahgunaan.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun