Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama. I Seorang guru di SMP PIRI, SMA dan SMK Perhotelan dan SMK Kesehatan. I Ia juga seorang Editor, Penulis dan Pengelola Penerbit Bajawa Press. I Melayani konsultasi penulisan buku. I Pemenang III Blog Competition kerjasama Kompasiana dengan Badan Bank Tanah

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

[refleksi] Bunda Maria di Gunung La Salette dan Pesannya di Era Digital

19 September 2025   09:30 Diperbarui: 19 September 2025   12:54 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber: majalah duta)

Seperti Maria yang "menyimpan segala perkara dan merenungkannya di hati" (Luk 2:19), keluarga diajak membangun keheningan untuk mendengar suara Allah di tengah hiruk-pikuk dunia.

(sumber: MSF Jawa)
(sumber: MSF Jawa)

Pesan Bunda Maria untuk Kita di Era Serba Digital

Di zaman di mana layar gawai menggantikan tatap muka, algoritma mengatur emosi, dan "likes" menjadi ukuran harga diri, pesan La Salette justru semakin menggema:

Pertama, "Jika kalian tidak bertobat..." Era digital melahirkan dosa-dosa baru: cyberbullying, penyebaran hoaks, kecanduan konten tidak bermutu, hingga penggunaan nama Allah secara sembrono di media sosial. Bunda Maria mengajak kita bertobat dari kebiasaan meremehkan kebenaran dan kekudusan. Sudahkah kita menggunakan teknologi untuk membangun, bukan menghancurkan? Sudahkah kita berani "offline" untuk kembali ke realitas yang utuh?

Kedua, Tangisan-Nya: Seruan untuk Rekonkiliasi Digital. Tangisan Bunda Maria adalah respons atas kerusakan hubungan manusia. Di era ini, rekonkiliasi dimulai dengan: 1) Memaafkan di dunia maya. Menghentikan dendam melalui komentar pedas, memilih dialog daripada blokir. 2) Menjaga Sabat digital. Menetapkan waktu tanpa gawai untuk berkumpul dengan keluarga, berdoa, atau sekadar mendengar desau angin. 3) Menjadi "penenun jaring kasih". Menggunakan media sosial untuk menyebarkan harapan, bukan kebencian, seperti Maria yang menyatukan langit dan bumi.

Ketiga, Keluarga Kudus di Tengah Badai Digital. Bagi keluarga modern, pesan Misionaris Keluarga Kudus adalah keberanian menjadi kontra-arus. Contohnya: 1) Meja makan tanpa gawai, di mana cerita sehari-hari dibagi dengan tatap mata. 2) Mengajarkan anak-anak untuk membedakan "dunia nyata" dan "dunia maya", serta menjaga kekudusan kata-kata baik di chat maupun di kelas. 3) Menjadikan rumah sebagai tempat keheningan yang hidup, di mana doa bersama mengatasi kebisingan notifikasi.

Penutup: Mari Menjadi "La Salette" di Zaman Ini

Bunda Maria di La Salette tidak hanya menangis, Ia juga memberi harapan. Ia menunjukkan buah gandum dan anggur kepada Mlanie dan Maximin, simbol Ekaristi yang memulihkan. Di era digital, kita dipanggil untuk menjadi "buah gandum" yang hancur demi keutuhan sesama:

Pertama, Misionaris La Salette mengajak kita berani mengkritik sistem yang merusak, sekaligus menjadi jembatan pengampunan.

Kedua, Misionaris Keluarga Kudus mengingatkan: keluarga adalah ladang pertama untuk menabur kasih yang tak terdigitalisasi.

Di tengah gemerisik data dan algoritma, marilah kita mendengar kembali bisikan Bunda Maria: "Aku adalah Bunda dari Tuhanmu yang Mahakasih." Kasih-Nya tak pernah error, tak pernah buffering, dan selalu update untuk setiap hati yang rindu pulang. Saatnya kita berhenti menjadi penonton pasif di layar, lalu menjadi pelaku rekonkiliasi di dunia maya, di rumah, dan di jalan-jalan yang kita injak.

La Salette bukan hanya tempat di Prancis, tetapi janji: Allah selalu hadir di tengah tangisan kita, menanti kita untuk kembali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun