Mohon tunggu...
Alfonsus G. Liwun
Alfonsus G. Liwun Mohon Tunggu... Wiraswasta - Memiliki satu anak dan satu isteri; Hobi membaca, menulis, dan merefleksikan.

Dum spiro spero... email: alfonsliwun@yahoo.co.id dan alfonsliwun16@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Omong Doank (4)

13 Juli 2020   13:44 Diperbarui: 13 Juli 2020   13:37 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri, gambar sendiri (Februari 2020)

Siang ini (13/7) duduk istirahat setelah bekerja rutinitas. Duduk bersama, muncullah topik diskusi yang hangat. Mulai dari sosial, budaya, politik, dan kemasyarakatan. Dalam diskusi "laule-laule" (hilir mudik) dengan berbagai macam topik, tiba-tiba salah seorang teman bertanya. Buzzer itu ada atau tiada ya? 

Rupanya pertanyaan teman ini menarik. Menariknya ada tiga hal. 

Pertama, siapa sih disebut buzzer? Buzzer itu seseorang atau kelompok? Kalau seseorang berarti sulit ditelusuri. Apalagi dalam setiap aktivitas online memakai kata inisial, atau memakai kata atau kalimat simbolis yang menjurus kepada kelompok tertentu. Seseorang dengan label tertentu dengan mengatasnama kelompok lain. Jika buzzer itu kelompok, artinya ada pihak lain yang mengaturnya. Pihak yang mengaturnya memiliki kepentingan tersendiri.

Kedua, Jika buzzer itu ada maka premis awal bahwa dimulai dengan pihak lain yang memiliki kepentingan tersendiri, ya! Kepentingannya ialah tentu mempertahankan suatu posisi atau kedudukan tertentu. Dengan harapan agar kepentingan itu tetap awet, tahan lama. Walau secara publik, nampaknya tidak menunjukkan kepentingan bersama, atau hanya mengarah pada kepentingan kelompok tertentu.

Ketiga, Kalau buzzer itu tiada, mengapa publik mendiskusikan tentang topik buzzer? Sekurang-kurangnya, buzzer telah dibicarakan sebelumnya tenta di ruang publik atau dalam kelompok-kelompok tertentu. Dari topik-topik yang pernah muncul ke ruang publik, harapannya hal-hal yang bersifat publik, tentu ada. Hanya bahwa soal ada atau tiada, ini tergantung dari pihak-pihak yang memiliki kepentingan.

Buzzer, sebuah nama yang lagi ngetren. Tapi, publik hanya mengetahui dari obrolan-obrolan virtual atau media eletronik lainnya. Buzzer, itu kerjanya apa sih? Ini yang menjadi persoalan lain. Masalahnya adalah buzzer itu ada atau tiada, juga tidak jelas. Karena tidak jelas, maka kerjanya juga memiliki dua sisi, sisi destruktif dan sisi konstruktif. 

Sisi konstruktif, peran buzzer untuk meng-up suatu kepentingan sehingga kepentingan itu, tetap eksis. Mendorong dan memotivasi publik sehingga yang muncul adalah isu-isu yang mengarah pada suatu kepentingan yang lebih kuat. Sementara itu sisi destruktif berarti peran untuk melawan (bertolak belakang) dengan sikap atau muncul isu-isu yang seakan menghancurkan kepentingan umum publik. Dengan kata lain, kelompok atau siapa saja yang berani melawan kepentingan besar atau suatu kedudukan publik, akan dilawan dengan isu-isu balik, yang lebih positif.

Membaca realitas publik atas isu-isu yang muncul, sadar atau tidak, seakan-akan ada pihak tertentu yang mengatur, mengolah ruang publik dengan mengarah pada suatu fokus isu tertentu. Itu artinya, ada "pemain belakang layar" yang bisa saja mengatur dan mengontrol ruang publik. 

Dan ini tidak mungkin, ada pada orang-orang yang ada dibagian bawah (grass roots). Kelihatannya aneh. Tapi bisa saja ada begitu saja, nampak kita sadar atau tidak sadar. Hemat saya, jika publik sudah mendiskusikan atau membicarakan tentang buzzer, tentu berupa barang atau jasa atau kelompok atau seseorang yang berlabelkan buzzer, nischaya tidak ada. ***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun