Mohon tunggu...
Alfonsius Febryan
Alfonsius Febryan Mohon Tunggu... Editor - Mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat Teologi 'Fajar Timur'-Abepura, Papua

Iesus Khristos Theou Soter

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Dialektika dan Problem Kepentingan

1 November 2020   20:38 Diperbarui: 1 November 2020   20:40 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Segala hal mengalir dan tak satupun yang tinggal diam."

(Heraclitus)

Dialektika adalah sebuah metode untuk memikirkan dan mengartikan dunia baik yang mewujud dalam alam maupun dalam masyarakat. Ia adalah sebuah cara untuk melihat alam semesta, yang berangkat dari aksioma bahwa segala hal berada dalam kondisi yang selalu berubah dan mengalir. Tapi bukan hanya itu. Dialektika menjelaskan bahwa perubahan dan pergerakan melibatkan kontradiksi dan hanya dapat terjadi melalui kontradiksi itu. 

Jadi, bukannya sebuah garis progres yang mulus dan tak terputus-putus, melalui dialektika kita mendapati satu garis yang di sana-sini disela dengan periode-periode yang mendadak dan meledak-ledak, di mana akumulasi dari perubahan-perubahan yang kecil-kecil (perubahan kuantitatif) menjalani satu percepatan yang tinggi, di mana kuantitas diubah menjadi kualitas. 

Dialektika adalah logika dari kontradiksi. Oleh karena itulah pada catatan ini, sejenak terberikan kepada khalayak banyak, bahwa pendidikan masih punya kepekaan untuk mendidik generasi terdepannya dan juga memberi pewaris bangsa suatu kualitas mumpuni untuk memajukan negri daripada hanya sekadar merusak fasilitas umum.

Salah satu citra dari upaya mendidik dan sangat jarang disoroti adalah menyimak kinerja dari mahasiswa di pedalaman yang pada semester ini sedang menunjang pendidikan mereka dengan berkarya atau mengambil sampel praktikum di lapangan (social masyarakat). Setelah mempelajari banyak teori dari kampus para mahasiswa ini terjun ke lapangan bukan hanya demi menunjang pendidikan tetapi memperhatikan secara detail, terkait kondisi dan juga adanya benang merah terkait pemerataan dalam bidang pendidikan itu sendiri. 

Secara tidak langsung mereka mungkin tak banyak disoroti, tetapi secara pengamatan dari lapangan tempat mereka meneliti, tentu mendapat sorotan dan berharap ada pertanggungjawaban kelak dari seluruh hasil studi yang mereka lakukan di lapangan tersebut. Alhasil itulah yang akan menjadi laporan penelitian mereka dan akan digagas menjadi sebuah argument untuk dipertanggungjawabkan pada kesahihan logika, dan tentu perlulah terdapat kontradiksi di dalamnya, sehingga daripada itu pula memiliki sebuah entitas penuh bahwa pendidikan sangat bermitra dengan masyarakat sosial.

Ada banyak pengalaman, baik itu rasa haru akibat ketidaksesuaian latar belakang mahasiswa itu sendiri dengan kondisi masyarakat sosial, kerumitan dalam mengelola sumber, serta kedigdayaan untuk menyampaikan pikiran kepada banyak pihak di lapangan terkait praktikum yang akan dibuat, seolah-olah memuat sebuah kontradiksi bahwa apa yang tersampaikan pada teori tak semudah menyimak materi perkuliahan. 

Namun walau demikian tak jemu mahasiswa mana pun akan berusaha untuk menuntaskan praktek tersebut, hanya sekarang bagaimana memihak diri mereka dan jaminan apa dari sebuah instansi terkait seluruh praktek yang mereka buat, di mana biaya bensin, kesehatan bila terjadi kecelakaan, ataupun banyak hal-hal tak terkira. 

Disinilah tulisan ini ingin menghantar kita bahwa orang muda tak hanya bergelut dengan ruang sosial untuk merusak fasilitas negara, tetapi punya kepekaan untuk mengusung generasi masa depan agar bahu membahu menciptakan pola berbeda dari generasi kini.

Perbedaan Wawasan

Pada dasarnya siapapun yang mengelola penelitian lapangan perlulah untuk memikirkan bahwa tingkat wawasan tiap-tiap insan adalah berbeda. Bukan hanya melihat dari segi memiliki ijazah atau tidak, tetapi bagaimana komunikasi itu dapat terjalin di antara keduanya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun