Mohon tunggu...
Alfin Hidayat
Alfin Hidayat Mohon Tunggu... Penulis - Menulis untuk membuat

Alfin Hidayat anak kedua dari dua bersaudara

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Teman Hidup di Antara Gunungan Sampah

15 April 2020   12:47 Diperbarui: 15 April 2020   13:10 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Matahari sudah di penghujung petang, tumpukan sampah yang menggunung terasa bergetar pertanda truk datang membawa uang yaitu sampah. Truk-truk tersebut tiada henti datang dan pergi ke TPA RAWA KUCING Kecamatan Neglasari Kota Tangerang. Pemulung juga tiada henti mengais gunungan sampah yang dapat ditukarkan dengan pundi-pundi uang untuk melanjutkan kehidupan.

Salah satunya Marayani berusia 52 tahun yang berada diantara banyaknya pemulung yang berlomba-lomba mengais rejeki di tumpukan sampah menggunung TPA RAWA KUCING. Ia adalah salah satu "sesepuh" atau orang yang ditua-kan diantara pemulung lainnya karena sudah hampir 20 tahun tinggal dan mencari uang di TPA RAWA KUCING

Ibu Marayani tinggal sendiri di sebuah gubuk yang berada diatas gunung sampah TPA RAWA KUCING "Saya dulu pernah menikah, tapi saya gak kuat karna dia kasar sama saya", Marayani mengaku pernah menjalin rumah tangga, namun karena suaminya kerap berbuat kekerasan maka Ibu Marayani memilih untuk berpisah dengan mantan suaminya tersebut.

"Saya nikah Cuma sebentar. Jadi saya belum punya anak", Marayani bercerita. Hal ini lah yang menjadi faktor mengapa Ibu Marayani hanya tinggal sendiri di Tangerang jauh dari keluarganya di Surabaya. Marayani mengaku trauma untuk menikah lagi dikarenakan pengalaman yang tidak menyenangkan dengan mantan suaminya.

Namun, Marayani tidak sepenuhnya hidup sendiri. Ada Aam berusia 58 tahun yang juga "sesepuh" di TPA RAWA KUCING yang selalu menemani hari-harinya. Tak jauh beda pengalaman dengan Marayani. Aam juga pernah menjalin hubungan rumah tangga, namun memutuskan untuk berpisah karena faktor ekonomi disaat krisis moneter tahun 1998 "Saya juga dulu pernah nikah, tapi cerai karna satu hal",.

Mereka walaupun tidak tinggal satu atap, Marayani dan Aam kerap menghabiskan waktu bersama untuk sekedar bercerita ataupun mengenang masa muda."Iya biasanya ngobrol-ngobrol aja abis capek kan kerja, ya ngomongin apa aja macam-macam",. Sehabis selesai beraktivitas memungut sampah mereka duduk di beranda depan gubuk Aam untuk bercerita dan berkeluh kesah.

Jadi, walaupun sudah tak memiliki keluarga mereka menjadi teman satu sama lain untuk sekedar berbagi dan bekeluh kesah akan pahitnya hidup jauh dari keluarga ditengah geliat perjuangan mencari sesuap nasi di Kota Tangerang. Bahwa Kasih Sayang dapat diutarakan dalam bentuk apapun, tak hanya pasangan saja yang berhak berbagi kasih sayang satu sama lain. Rasa kasih sayang bisa kita bagikan kepada teman, keluarga, tetangga, rekan kerja, dan masih banyak lagi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun