Tiap jiwa memiliki perjuangannya masing-masing.
Tiap raga berjuang di medan juangnya.Â
Baru setahun lalu, perjuanganku terasa begitu kuat. Perjuangan tanpa keringat, namun doa terlafaz khidmat. Saban hari buku kubaca, soal kujawab, masalah kupecahkan.
Tujuannya hanya satu, menembus kampus yang katanya idaman para orang tua, termasuk pula orang tuaku.
Namun apalah mau dikata, tempatku tidak disana. Ayah ibu bilang tidak mengapa, namun kutahu mereka sedikit kecewa.
Pasti ada hikmah, kata ibu. Dengan berusaha menerima, kulanjutkan hidup di kampusku yang lama.
Namun tidak ada yang sia-sia. Boleh jadi materi pembahasan berangsur hilang dari ingatan, namun semangat juang dan kerja keras semakin terasah dikandung badan. Beberapa bulan berselang, ternyata ibu benar. Â Hikmahnya kusambut bahagia dengan sedikit rasa malu karena sempat meragukan kata-katanya.
Berjuanglah, karena tiada yang percuma dalam perjuangan. Kalau gagal, pilihan bangkit masih ada. Kalau mati, toh mati dalam perjuangan. Bagaimana mungkin kau sebut itu sia-sia?
Selamat untuk adikku, Iin, yang hari ini berusia delapan belas tahun. Selalu ingat dik, hidup itu sendiri adalah perjuangan. Kita dilahirkan, tumbuh, dan hidup sampai detik ini tidak lepas dari yang namanya perjuangan. Hidup memang untuk berjuang.
Kita berjuang untuk banyak hal, namun sejatinya perjuangan ini pada akhirnya bermuara pada satu tujuan.
Bersabarlah, kedamaian sejati akan kau peroleh kelak. Tidak sekarang, tidak selagi kita masih berada di dunia yang fana ini. Tenang saja, kau pasti akan merasakan hasilnya, asal kau tidak berhenti berjuang.
Makassar, 18 Maret 2020