Pendekatan ini mencerminkan pemikiran ekonomi Keynesian tentang peran pemerintah dalam pembangunan ekonomi. Indonesia terus menerapkan pendekatan pembangunan berorientasi ekonomi yang dipengaruhi oleh teori Keynesian hingga saat ini. Hal ini melibatkan investasi pemerintah dalam sektor-sektor kunci, infrastruktur, dan industri guna mendorong pertumbuhan ekonomi serta mengurangi kemiskinan. Meskipun terbukti berhasil, teori Keynesian memiliki kekurangan, seperti potensi inflasi dan campur tangan pemerintah yang berlebihan dalam pasar. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia perlu mempertimbangkan dengan bijak ketika menggunakan Teori Keynesian sebagai dasar untuk kebijakan ekonomi mereka.
B. Teori J.M. Keynes
Inti pokok dalam sistem pemikiran J.M Keynes adalah sebagai berikut:
1. Hasrat berkonsumsi (propensity to consume)
Pendapatan total agregat sama dengan konsumsi total agregat ditambah investasi total agregat. Tingkat konsumsi bergantung pada hasrat seseorang untuk berkonsumsi, yang merupakan fungsi dari pendapatan. Begitu juga dengan tabungan, karena tabungan adalah sisa bagian dari pendapatan yang tidak digunakan untuk berkonsumsi.
2. Tingkat bunga (interest) yang memiliki kaitan dengan dengan preferensi likuiditas (liquidity preference)
Tingkat bunga menurut Keynes bukanlah pencerminan dari penawaran tabungan dan permintaan investasi, melainkan tingkat bunga merupakan variabel bebas (independent) dari kedua hal tersebut. Tingkat tabungan adalah suatu fenomena moneter yang tergantung dari keinginan orang menahan tabungannya dalam bentuk dana likuiditas. Sehingga tingkat bunga tergantung dari preferensi likuiditas.
3. Efisiensi marginal dari investasi modal (marginal efficiency of capital)
Tingkat investasi ditentukan oleh efisiensi marginal dari investasi modal, yang dipengaruhi oleh ekspektasi investor tentang laba yang akan diperoleh di masa depan dari investasi modal yang bersangkutan. Jelaslah bahwa ekspektasi tersebut adalah yang positif dan menguntungkan investor itu.
4. Preferensi Likuiditas (Liquidity Preference)
Pada saat masa aliran monetarisme, timbul pertanyaan mengenai demand for money dan supply of money. Pertanyaan ini dijawab oleh Keynes dengan teorinya, liqudity preference, yang menjelaskan tentang bagaimana tingkat bunga ditentukan dalam jangka pendek dan tingkat bunga tersebut disesuaikan untuk menyeimbangkan demand for money dan supply of money. Teori ini menegaskan bahwa tingkat bunga adalah salah satu determinan dari berapa banyak uang yang ingin dipegang orang, alasannya karena tingkat bunga merupakan opportunity cost dari memegang uang. Ada tiga motif orang yang memegang uang: Motif transaksi, motif berjaga-jaga, dan motif spekulasi.