Mohon tunggu...
Alfiano Fawwaz
Alfiano Fawwaz Mohon Tunggu... -

Mahasiswa FKM UI

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Berbahaya Bagi IQ Anak, Kini Saatnya Cerdas dalam Menggunakan Kayu Bakar

8 Januari 2018   20:13 Diperbarui: 12 Januari 2018   13:09 1246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto: Kompas.com

Tahun baru, tahun 2018, menandakan semangat baru untuk melakukan perubahan kearah yang lebih baik. Namun, apa jadinya jika pola hidup kita masih seperti dahulu kala yang serba belum maju dan banyak memberikan efek negatif terhadap kesehatan?

Satu hal yang kita sebagai manusia selalu (harus) lakukan untuk tetap hidup adalah memenuhi kebutuhan pokok hidup dengan mengonsumsi makanan. Dulu-sebelum ada perkembangan teknologi-kita memperoleh makanan dengan cara mengumpulkan buah-buahan dan tanaman yang dapat dijadikan makanan atau berburu hewan di hutan liar. Seiring berkembangnya teknologi, masyarakat mulai menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakar untuk menghasilkan api, hingga dapat mengolah atau memasak makanan yang akan dikonsumsi.

Bertahun-tahun metode memasak dengan kayu bakar terus digunakan, sampai akhirnya ditemukan dampak-dampak buruk yang dapat memengaruhi kesehatan yang membuat manusia merasa harus menggantinya dengan bahan bakar lain yang lebih aman bagi kesehatan-karena kesehatan dapat "rusak" dengan penggunaan bahan berbahaya secara terus menerus yang menghasilkan kerusakan organ tubuh secara kronis. Kini kita mengenal bahan bakar lain seperti minyak tanah atau gas LPG (liquid petroleum gas).

Efek buruk dari penggunaan kayu bakar tentu saja disebabkan oleh asapnya yang berbahaya. Hal ini dibuktikan dengan penelitian yang dikutip dari National Geographic, Direktur Kesehatan Global dan Program Lingkungan Kesehatan Masyarakat, University of California, Berkeley, Amerika Serikat, Kirk R. Smith mengatakan bahwa kayu bakar memang berbahaya bagi kesehatan, bahkan ia menyebutkan senyawa yang dihasilkan dari kayu bakar sama berbahayanya dengan senyawa yang dihasilkan dari seribu rokok yang dibakar setiap jamnya. 

Berdasarkan penelitian yang sama, Smith juga menyampaikan, "Asap rumah tangga membunuh dua juta orang setiap tahunnya di seluruh dunia." Kebanyakan dari mereka adalah wanita dan anak-anak yang terkena dampak buruk bukan hanya pada kesehatan,  tapi juga pada aspek kecerdasan karena diketahui dari data yang didapatkan bahwa asap kayu bakar memiliki dampak dalam penurunan kemampuan kognitif, terutama pada anak-anak. 

Studi yang dilakukan oleh University of California, Berkeley tahun 2011 lalu menuturkan populasi perempuan dan anak-anak yang berada dalam kemiskinan sangat rentan mengalami efek kesehatan dari paparan asap kayu bakar dan tungku yang kotor. Selain itu, terdapat hubungan yang mengejutkan antara paparan asap kayu pada ibu yang mengandung dengan performa yang buruk akibat adanya penurunan nilai IQ pada anak usia sekolah dasar. "Studi ini sangat penting bahwa ada bukti yang kuat untuk mengurangi paparan asap kayu dalam rumah tangga" ujar Kirk Smith dari UC Berkeley's School of Public Health, seperti dikutip dari ScienceDaily, Rabu (16/11/2011).

Pertanyaannya, di zaman modern ini bukankah seluruh masyarakat kita sudah beralih dari kayu bakar? Jawabannya adalah tidak. Di beberapa daerah kelangkaan bahan bakar alternatif menjadi alasan masyarakat masih menggunakan kayu bakar. Lantas bagaimana kita dapat melindungi anak dari penurunan IQ akibat kayu bakar?

Solusi pertama adalah dengan beralih ke gas elpiji. Memang solusi ini terdengar cukup kuno namun siapa sangka di akhir tahun 2017 kemarin gas elpiji masih langka di beberapa daerah. Contohnya saja pada 7 Desember lalu ditemukan adanya kelangkaan elpiji di Sulawesi Selatan yang membuat warga harus kembali ke kayu bakar. Lebih menghebohkan lagi, isu kelangkaan elpiji juga terdengar di Depok. 

Bahkan di Jakarta sendiri isu kelangkaan elpiji juga mencuat dan membuat Ketua Umum DPP Hiswana Migas Eri Purnomo Hadi harus turun ke lapangan tepatnya di Manggarai, Jakarta Selatan untuk menginspeksi langsung. Pemerintah harus cepat tanggap dalam pendistribusian elpiji agar dapat diakses oleh seluruh masyarakat tanpa terkecuali.

Solusi kedua dan yang paling penting adalah mengubah pola asuh anak. Kebanyakan rumah tangga yang masih menggunakan kayu bakar adalah rumah tangga dengan ekonomi menengah ke bawah. Sering kita jumpai kebiasaan masyarakat pedesaan yaitu seorang ibu yang memasak menggunakan tungku dan kayu bakar di dalam rumah sambil menggendong anaknya, dan tragisnya hal ini dilakukan bertahun-tahun sejak sang anak masih balita. 

Anak kecil tentunya lebih rentan dibandingkan masyarakat dalam golongan umur lain yang lebih tua. Anak-anak harus ditempatkan terpisah dari dapur dan dapur harus memiliki ruang terbuka yang memungkinkan asap pembakaran dapat keluar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun