Mohon tunggu...
Meirri Alfianto
Meirri Alfianto Mohon Tunggu... Insinyur - Seorang Ayah yang memaknai hidup adalah kesempatan untuk berbagi

Ajining diri dumunung aneng lathi (kualitas diri seseorang tercermin melalui ucapannya). Saya orang teknik yang cinta dengan dunia literasi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kencan Online? Kakak Saya Mengalaminya dan Hidup Bahagia

19 Oktober 2020   07:48 Diperbarui: 31 Mei 2021   10:50 1976
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi mendapatkan jodoh lewat kencan online. (sumber: Thinkstock via kompas.com)

Walau masih 6 bulan, tapi gedung sudah dipesan, catering sudah dibayar, rias pengantin dan segala macam ubo rampe seserahan (perlengkapannya seserahan) sudah siap. 

Namun takdir sungguh berkata lain. Semua mimpi itu harus terkubur. Maklum, kakak perempuan saya adalah anak pertama. Terbayang sudah betapa bahagianya bapak dan almarhum ibu saya ketika puterinya dilamar pria dan akan menikah. 

Kakak saya jatuh dalam perasaan sedih yang teramat dalam. Ia terpuruk. Untung tidak sampai depresi. Dukungan dari keluarga dan sahabat membuatnya sanggup untuk bertahan dan bangkit.

Sekitar tahun 2015, kakak saya mencoba menggunakan situs setipe.com. Situs ini merupakan situs pencari jodoh. Saat itu situs yang didirikan oleh aktor kenamaan Christian Sugiono tersebut belum memiliki aplikasi di gawai.

Baca juga: Kencan Online? Ini Tipsnya

Situs tersebut akhirnya mempertemukan kakak saya dengan seorang pria yang usianya terpaut 4 tahun lebih tua. Karena sama-sama sering mengantarkan orang tua masing-masing untuk kontrol di rumah sakit yang sama, akhirnya mereka pun jadi sering bertemu dan berbagi cerita. 

Semakin lama hubungan mereka pun menjadi semakin dekat. Usia keduanya yang sudah sama-sama merupakan usia matang untuk menikah membuat mereka segera menginjak untuk naik satu level ke jenjang yang lebih serius. 

Apalagi ibu saya sudah sakit-sakitan dan sudah rindu melihat anak perempuannya menikah. Maka tak butuh lama untuk mereka memutuskan bertunangan. Kakak ipar saya datang bersama dengan keluarga besarnya. 

Saya ingat betul Bapak saya yang tidak pernah menangis, saat itu menangis sesenggukan karena bahagia. Ibu saya yang sudah tak bisa melihat karena penyakit glukoma yang dideritanya juga larut dalam sukacita yang amat besar. 

Sayang, ibu harus dipanggil mendahului kami semua pada Maret 2016 tanpa sempat menyaksikan anaknya menikah. Beliau meninggal dunia tiga bulan sebelum acara pernikahan berlangsung. Tapi Tuhan tetaplah baik untuk kami. Ibu kami dibebaskan dari penderitaan karena sakit penyakit yang dideritanya sejak lama.

Juni 2016, kakak saya resmi menikah diusia 29 tahun. Hari itu hari yang amat membahagiakan bagi kami sekeluarga. Itu adalah hari yang amat dinantikan. Kakak perempuan saya akhirnya menikah dengan pria yang ia jumpai lewat situs kencan online. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun