Mohon tunggu...
Meirri Alfianto
Meirri Alfianto Mohon Tunggu... Insinyur - Seorang Ayah yang memaknai hidup adalah kesempatan untuk berbagi

Ajining diri dumunung aneng lathi (kualitas diri seseorang tercermin melalui ucapannya). Saya orang teknik yang cinta dengan dunia literasi

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Bagaimana Bila Target Kerja Tidak Tercapai?

16 Oktober 2020   08:09 Diperbarui: 17 Oktober 2020   12:41 2662
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Target kerja pegawai memenuhi kapasitas produksi. Gambar: dokpri

KPI mencakup 2 hal, sisi softskill dan hardskill. Softskill diantaranya attitude, kedisiplinan, serta loyalitas. Sedangkan hardskill terkait kemampuan dalam menyelesaikan pekerjaan. Contohnya kemampuan dalam mengoperasikan mesin. 

Contoh KPI sudah saya singgung sedikit dalam tulisan saya di atas. Apabila anda seorang guru mata pelajaran. KPI anda misalnya tidak pernah terlambat masuk kelas. Itu yang pertama. Yang kedua, meningkatkan nilai rata-rata mata pelajaran matematika siswa kelas 6 dari 7,5 menjadi 8,5. 

Itulah KPI. Sesuatu yang dapat diukur. Terlambat masuk kelas itu bisa diukur berapa persentasenya. Demikian juga nilai siswa bisa kelihatan terang-benderang ukurannya. Nah KPI inilah yang digunakan oleh kepala sekolah dalam menilai kinerja guru.

Bagaimana jika KPI tidak tercapai?

KPI sekali lagi merupakan penilaian kinerja pegawai. Dapat dikatakan apabila KPI tidak tercapai berarti target tidak tercapai. Tidak mencapai target tentu saja berpengaruh pada performance perusahaan juga. Nah, bila memang target kerja kita tidak tercapai....

1. Akui kegagalan

Tak perlu malu untuk mengakui kegagalan. Manusia bisa saja gagal, kemudian belajar dari pengalaman. Atasan akan lebih senang bila kita dengan jujur mengakui kegagalan karena artinya kita tahu bagian mana yang masih lemah dan butuh untuk di-improve supaya tidak gagal lagi. Dibandingkan dengan kita sibuk mencari-cari alasan mengapa gagal. Malah tidak hanya cari alasan, tapi juga mengkambing hitamkan orang lain. 

Kalau kita tak bisa berintrospeksi, kegagalan berulang akan timbul dikemudian hari karena tidak ada tindakan nyata untuk mengevaluasi kegagalan. Atau tindakan yang diambil tidak sesuai dengan penyakit yang menimbulkan kegagalan.

2. Evaluasi diri sendiri

Entah itu target departemen atau target pribadi yang tidak tercapai, mari dengan rendah hati melakukan evaluasi. Melihat disetiap proses demi proses seperti menarik benang. Mengurutkan dari proses yang terakhir ke yang awal. Dimana proses yang salah. 

Dari 5 urutan proses misalnya, saya yakin tidak semuanya jelek. Mungkin hanya 1 atau 2 yang membuat proses menjadi tidak efektif. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun