Mohon tunggu...
Meirri Alfianto
Meirri Alfianto Mohon Tunggu... Insinyur - Seorang Ayah yang memaknai hidup adalah kesempatan untuk berbagi

Ajining diri dumunung aneng lathi (kualitas diri seseorang tercermin melalui ucapannya). Saya orang teknik yang cinta dengan dunia literasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Endless Sacrifice, Sebuah Ospek Tegas namun Mengajarkan Nilai Kualitas

18 September 2020   15:25 Diperbarui: 18 September 2020   15:28 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Praktek mahasiswa ATMI. Gambar: hidupkatholik.com

Endless Sacrifice, Never stop getting the aim..

Pengorbanan tiada akhir, tak pernah berhenti menggapai tujuan.

Agak horor ya. Tiada hentinya berkorban. Begitulah bunyi tagline masa orientasi angkatan kuliah kami dulu. Di kampus kami, pada setiap angkatan memang diberikan tema masing-masing yang akan menjadi tema angkatan selama masa kuliah.  Angkatan setahun dibawah saya misalnya diberikan tagline "Born to be Winners". Lalu angkatan dibawahnya lagi diberikan tagline "Willingness to do more". 

Semboyan ini dipakai setiap angkatan mulai dari awal kuliah semenjak ospek hingga lulus. Diharapkan semboyan tersebut menjadi nafas perjalanan mahasiswa dalam menuntut ilmu. Maklum, kampus kami tidak mengenal cuti akademik. Jadi mau tidak mau pendidikan harus bisa selesai dalam kurun waktu 3 tahun. Tidak bisa kurang dan tidak bisa lebih. Kalau tidak sanggup ya berarti Drop Out (DO). 

Romo Bobby (Ruang Berbagi), dalam sebuah artikelnya di Kompasiana pernah mengulas mengenai sekolah-sekolah di Indonesia yang dilatarbelakangi oleh pelayanan dan semangat Ignatius Loyola. Kampus saya adalah salah satunya. Kampus yang dulunya bernama Akademi Tehnik Mesin Industri (ATMI) Solo. Sekarang sudah berubah nama menjadi Politeknik ATMI Solo. 

Sekolah-sekolah Katholik memang biasanya memiliki disiplin yang sangat tinggi. Tak heran makanya dari mulai ospeknya saja sudah agak ngeri-ngeri sadap. Apalagi ya maklum saja, anak teknik kan memang sebagian besar laki-laki. 

Dari sebanyak 180 mahasiswa seangkatan, cewek itu hanya sekitar 10 orang. Itupun diluar jurusan yang saya ambil. Jurusan saya full laki semua. Makanya kalau ada cewek lewat riuhnya bukan main,hehehe...

Oke, pembukanya sudah cukup. Ospek saya dulu full 8 hari. Dari mulai Sabtu ketemu Sabtu lagi. Rambut wajib dipotong bros (hampir gundul), disisakan 5 milimeter (mm). Serius harus 5 mm! dan mereka (panitia) ukur pakai caliper, sebuah alat ukur dengan kepresisian tinggi. Jadi kalau lebih atau kurang dari 5 mm akan dapat hukuman. Kemudian, mahasiswa baru (maba) diwajibkan absen paling telat pukul 05 pagi sudah harus absen. 

Kegiatan full dari pagi sampai malam. Di akhir kegiatan, maba akan diberikan berbagai macam tugas yang dijamin akan membuat maba hanya bisa tidur 2-3 jam sehari. Mulai dari yang unik seperti membawa air minum merk 6T, membuat name card mahasiswa dengan ukuran aneh-aneh dan harus tepat (presisi), sampai harus mencari aneka makanan unik kami jalani. 

Kalau istirahat, kami harus lari-lari ke mesin absensi karena hanya diberi waktu 3 menit untuk absen sedangkan yang absen 180 orang antri di mesin absen punching. Yang terlambat masuk, dihukum. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun