Mohon tunggu...
Meirri Alfianto
Meirri Alfianto Mohon Tunggu... Insinyur - Seorang Ayah yang memaknai hidup adalah kesempatan untuk berbagi

Ajining diri dumunung aneng lathi (kualitas diri seseorang tercermin melalui ucapannya). Saya orang teknik yang cinta dengan dunia literasi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Covid-19 Mengajarkan Kita untuk Lebih Menghormati Prinsip Hidup Sesama

24 Juli 2020   08:30 Diperbarui: 24 Juli 2020   08:17 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: inc.com


Saya tinggal di sebuah komplek perumahan berkonsep cluster. Dalam sebuah konsep cluster, tidak mengenal pagar dan susunan rumah berjejer serta saling berhadapan satu sama lain. Karena itulah biasanya dalam komplek perumahan yang menganut cluster membuat hubungan kekerabatan antar tetangga menjadi lebih dekat.

Suatu hari para tetangga saya mengajak untuk bakar-bakar ikan sekedar untuk berkumpul. Di tempat saya banyak ibu-ibu yang memilih menjadi ibu rumah tangga. Mereka banyak menghabiskan waktu dirumah apalagi dalam situasi pandemi saat ini. Jadi mungkin untuk mengurangi kebosanan, mereka berinisiatif untuk mengadakan acara tersebut. Kebetulan istri saya adalah wanita karir sehingga jarang berkumpul.

Pada hari yang ditentukan, ada beberapa keluarga yang tidak hadir. Tapi lebih banyak yang hadir daripada yang tidak. Saya dan istri memutuskan untuk tidak hadir. Bukan karena sombong dan ingin dianggap eksklusif, Tetapi karena pertimbangan masa pandemi lah yang membuat kami berpikir sebaiknya menghindari berkumpul untuk sementara waktu, meskipun itu adalah tetangga sendiri.

Ada dua alasan mengapa kami memutuskan tidak datang. Pertama, karena kami yang bekerja bisa saja kami adalah pembawa (carrier) virus sehingga kami mencegah supaya tidak menularkan ke orang lain. Kedua, perusahaan tempat kami bekerja sudah mengusahakan yang terbaik untuk para karyawan dengan tidak melakukan PHK, tidak melakukan pemotongan gaji, dan memberikan perisai diri berupa suplemen untuk membantu meningkatkan imunitas karyawan. Jika sampai kami tertular, kami bisa menularkan virus ke para karyawan lainnya. Dan itu dampaknya tidak baik buat perusahaan.

Rasanya tidak fair bagi perusahaan yang sudah melakukan usaha terbaik, tapi kami malah seenaknya tidak menjaga diri. Dengan pertimbangan yang demikian mau tidak mau tetangga harus bisa menerima bila ada yang tidak datang dalam acara tersebut. Dalam kondisi sebelum adanya covid, hal ini pasti akan jadi omongan di lingkungan sekitar.

Setiap orang atau setiap keluarga itu memiliki prinsip dan asumsi masing-masing tentang cara untuk menghadapi virus yang kian mengganas dari hari ke hari. Tujuannya sebenarnya sama, yakni untuk mencegah penularan virus. Alasan kenapa prinsip dan asumsi bisa berbeda ya karena virus covid-19 adalah hal baru yang belum pernah terjadi. Belum ada kajian yang benar-benar diakui secara keilmuan sehingga timbul asumsi yang tidak sama. Mari ambil beberapa contoh kejadian dalam kehidupan sehari-hari.

1. Ada seorang Pendeta berkhotbah di atas mimbar menggunakan masker dan face Shield. Mungkin ada jemaat gereja yang menjadi tidak nyaman karena menganggap tidak sopan dan berlebihan. Tetapi itu harus diterima dan dihormati sebagai konsekuensi karena tidak ada yang bisa memastikan bagaimana cara penularan virus. Apakah si Pendeta tersebut bebas dari virus atau tidak.

2. Ada seorang yang tidak sengaja secara reflek menyalami rekannya karena sudah lama tidak berjumpa. Lalu orang yang diajak bersalaman langsung mengeluarkan hand sanitizer dari sakunya dan segera membersihkan tangannya. Dalam kondisi sebelum Pandemi bukan kah ini akan dianggap sebagai sebuah pelecehan? Tapi dimasa Pandemi hal tersebut menjadi lumrah. Tak perlu tersinggung.

3. Kurir pengantar paket hanya boleh mengantar sampai ke security komplek. Tidak boleh sampai ke rumah yang dituju. Ada beberapa lingkungan RT atau RW yang saat ini memberlakukan aturan seperti itu. Termasuk perumahan yang saya tinggali. Setiap paket pun harus disemprot desinfektan terlebih dahulu. Bukan karena kompleks perumahan tersebut ekslusif, tidak mau menerima kurir. Namun semata-mata dan sekali lagi itu dilakukan guna memutus mata rantai penyebaran virus.

Segala hal yang tidak lumrah, yang dianggap sombong, yang dianggap kurang sopan, dan yang dianggap tidak normal itu menjadi lumrah di masa Pandemi dalam konteks kita bersosialisasi dengan orang lain. Semua orang mau tidak mau, suka tidak suka dipaksa untuk lebih menghargai prinsip hidup orang lain sekalipun tidak sesuai dengan prinsipnya. Apa yang menurut kita benar, belum tentu benar menurut orang lain. Demikian juga sebaliknya. Pandemi bukan berbicara mengenai sesuatu itu benar atau tidak, tetapi lebih kepada KEWASPADAAN. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun