Mohon tunggu...
alfiaayu uinsa
alfiaayu uinsa Mohon Tunggu... Dosen

Suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Membangun Aparatur yang Cinta Bangsa : Merefleksikan Wawasan Kebangsaan dan Bela Negara untuk Calon ASN

24 September 2025   10:08 Diperbarui: 24 September 2025   10:07 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Di tengah hiruk pikuknya era digital yang penuh dengan disrupsi dan tantangan ideologi, sebuah pertanyaan fundamental muncul: perlukah calon abdi negara dibekali dengan jiwa kebangsaan sejak hari pertama mereka mengabdi? Pertanyaan ini bukan sekadar retorika, melainkan refleksi kritis yang perlu dijawab dengan sungguh-sungguh, mengingat peran Aparatur Sipil Negara (ASN) tidak hanya sebagai birokrat semata, tetapi juga sebagai garda terdepan dalam menjaga keutuhan bangsa.

Tiga modul pelatihan calon pegawai negeri sipil (CPNS) yang diterbitkan oleh Lembaga Administrasi Negara (LAN) dan Badan Kepegawaian Negara (BKN) mencoba menjawab pertanyaan tersebut. Modul-modul ini---Wawasan Kebangsaan dan Nilai Bela Negara, Agenda Pelatihan Wawasan Kebangsaan, dan Kesiapsiagaan Bela Negara---dirancang sebagai fondasi kokoh bagi pembentukan karakter aparatur negara yang tidak hanya cakap secara teknis, tetapi juga memiliki jiwa kebangsaan yang kuat.

Wawasan kebangsaan, sebagaimana dijelaskan dalam modul pertama, adalah cara pandang bangsa Indonesia dalam mengelola kehidupan berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh jati diri bangsa dan kesadaran terhadap sistem nasional. Konsep ini bersumber dari empat pilar utama: Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. Tujuannya tidak lain untuk memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi bangsa demi mencapai masyarakat yang aman, adil, makmur, dan sejahtera .

Nilai-nilai dasar Bela Negara yang diajarkan dalam modul-modul ini meliputi cinta tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara, kesetiaan pada Pancasila sebagai ideologi negara, kesiapan rela berkorban untuk bangsa dan negara, serta kemampuan awal bela negara. Yang menarik dari pendekatan modul-modul ini adalah bagaimana mereka menghubungkan konsep makro bela negara dengan implementasi mikro dalam tugas sehari-hari ASN. Bela negara bukanlah konsep abstrak yang jauh dari realitas, melainkan sesuatu yang dapat diwujudkan melalui berbagai bentuk konkret dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari hubungan baik sesama warga negara sampai bersama-sama menangkal ancaman nyata musuh bersenjata.

Dalam konteks tugas ASN, bela negara menemukan ekspresinya melalui pemahaman dan pelaksanaan kegiatan olah rasa, olah pikir, dan olah tindak. Ini termasuk pelaksanaan keprotokolan dengan pengaturan tata tempat, tata upacara, dan tata penghormatan yang berlaku di Indonesia. Bahkan kemampuan baris berbaris yang diajarkan dalam pelatihan bukan sekadar formalitas, melainkan sarana untuk menanamkan kedisiplinan, kebersamaan, dan penghormatan pada simbol-simbol negara.

Salah satu kekuatan modul-modul ini adalah pendekatan sistematisnya dalam membangun kesadaran bela negara. Usaha bela negara dilakukan melalui berbagai kanal: pendidikan kewarganegaraan, pelatihan dasar kemiliteran secara wajib, pengabdian sebagai prajurit TNI, dan yang paling relevan bagi ASN---pengabdian sesuai profesi.

Modul wawasan kebangsaan juga membahas konsep kesatuan sebagai komunitas yang tercermin dalam ungkapan "tanah air" dan "tanah tumpah darah" dalam berbagai bahasa daerah

Latihan dan kegiatan dalam pelatihan dirancang secara holistik, mencakup praktik peraturan baris berbaris, tata upacara sipil, permainan peran, serta kegiatan ketangkasan fisik dan penguatan mental. Semua kegiatan ini menekankan pada pengembangan kedisiplinan, kepemimpinan, kerja sama, dan prakarsa---kompetensi yang sangat dibutuhkan oleh ASN dalam menjalankan tugasnya.

Modul-modul ini juga sangat relevan dengan tantangan kontemporer. Mereka menekankan pentingnya menghindari penyalahgunaan obat-obatan terlarang, tidak mudah percaya pada gosip atau hoaks, serta tidak mudah terprovokasi sebagai bagian dari kesiapsiagaan mental menghadapi ancaman modern _bela_negara}. Dalam era media sosial dan disinformasi massif, pesan-pesan ini menjadi sangat krusial bagi calon ASN yang akan menjadi agen negara di tengah masyarakat.

Secara epistemologis, modul-modul ini menegaskan bahwa sejarah telah membuktikan bagaimana bela negara mampu menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa. Secara aksiologis, bela negara diharapkan dapat menjamin kelangsungan hidup bangsa Indonesia dari berbagai ancaman _wawasan_kebangsaan}. Pendekatan historis ini penting untuk memberikan perspektif yang lebih dalam kepada calon ASN tentang peran mereka dalam kelanjutan perjuangan bangsa.

Namun, demikian, modul-modul ini juga memiliki beberapa kekurangan yang perlu diakui. Salah satunya adalah kurangnya studi kasus aktual yang dapat memberikan gambaran nyata tentang bagaimana nilai-nilai bela negara diimplementasikan dalam situasi kontemporer. Contoh konkret tentang ASN yang berhasil menangkal radikalisme atau yang terjerumus dalam korupsi karena lemahnya jiwa kebangsaan akan memberikan perspektif yang lebih kaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun