Mohon tunggu...
Alfee syahreen
Alfee syahreen Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - MAHASISWI STIBA ARAAYAH SUKABUMI

"...Dan aku belum pernah kecewa dalam berdo'a kepada-Mu ya tuhanku..." {19:4}

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Review Buku "Waktunya Pulang"

25 Juni 2021   05:23 Diperbarui: 25 Juni 2021   05:30 4584
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Buku ini ditulis oleh Febriawan Jauhari, seorang anak muda berusia 20 tahunan asal Nusa Tenggara Barat. Anak kedua dari empat bersaudara ini menyelesaikan pendidikan S1 nya di Universitas Islam Al-Imam Muhammad bin Sa'ud cabang Jakarta jurusan Syari'ah selama tujuh tahun.

Kerapkali ketika membaca buku ini sipembaca seolah ditampar oleh isi yang disajikan. Penulis didalam bukunya mengajak pembaca untuk selalu dekat kepada Allah. Tak peduli sebanyak apapun alasan yang kamu kumpulkan untuk menyerah dari jalan-Nya, sungguh Allah akan selalu datang dengan milyaran alasan agar kamu tetap bertahan.

Tentang murooqobatillah, didalam bukunya penulis mengajak pembaca untuk tidak lalai, mau ramai atau sepi, sedang berkumpul atau sendiri, dilihat manusia atau tidak, ini semua tidaklah penting, jang fokus pada keadaanmu tapi fokuslah pada yang selalu mengawasimu, dialah Allah.  Tentang ridho Allah, hanya karna kita menginginkan sesuatu, bukan berarti kita harus melakukannya. Pertimbangan kita bukan sekedar ingin atau tidak, tapi yang lebih penting dari itu adalah apakah Allah ridho atau tidak. 

Bagaimana hidup akan mudah sedangkan yang maha memudahakan tidak ada dipihak kita? bagaimana hidup akan lancar sedangkan kita sendiri terus-terusan menjauh dari yang Maha Kuasa atas segala urusan? lantas apa yang kita harapkan dari hidup yang tidak ada bantuan Allah di dalamnya. Tentang berhijrah ke jalan Allah, buku ini memotifasi kita bahwa hanya yang untuk Allah yang akan sampai kepada Allah, hanya yang sampai kepada Allah yang akan Allah bantu, hanya yang Allah bantu yang akan mampu untuk berubah secara utuh.

Dari dulu hingga kini manusia tidak luput dari kata maksiat, maka dalam buku ini penulis juga memaparkan tentang pentingnya rasa malu. Malulah kepada Allah atas maksiat-maksiat yang kita lakukan, pun jika pada akhirnya kita tetap tidak bisa malu, maka malulah atas dirimu yang tidak malu kepada Allah. Selezat apapun maksit itu, tinggalkanlah! apakah kita sanggup menanggung malu tersebab mati dalam keadaan sedang bermaksiat kepada Allah?

Saudaraku, sungguh perjalanan paling menyedihkan adalah perjalanan melupakan Allah. Apa yang hilang dari dia yang telah menemukan Allah? apa yang ditemukan oleh dia yang telah kehilangan Allah?

Sungguh, Allah tetplah Allah, baik ada atau tidak adanya kita, Allah tetap menjadi penguasa alam raya tapi kita? tanpa Allah, siapalah kita ini? maka berbisiklah lembut, " Ya Rabb, Engkau begitu menyayangiku, tapi aku terus-terusan menjauh, aku ingin pulang, merasakan hangatnya cinta-Mu... 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun