Mohon tunggu...
Hajar Alfarisy
Hajar Alfarisy Mohon Tunggu... Menulis mengabadikan masa depan

Berjalan dalam kadar mengingat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Memilih Serial Klosal "Angling Dharma"

4 Januari 2017   20:48 Diperbarui: 4 Januari 2017   21:28 11077
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://tango.image-static.hipwee.com/wp-content/uploads/2015/08/Angling-Dharma.jpg


Malam itu mengasikkan, Guntur menderu diatas awan hitam. seperti bunyi suara drama klosal bahwa aka nada malapetaka yang menghancurkan Malwapati. Tapi bukan karena ajian Guntur Saketi milik seorang Sengkang Bablang, murid dari penganut ilmu hitam Grenda Seba musuh Angling Dharma. Memang malam itu hujan berpacu mencumbu bumi, saya juga telah mengaduk kopi untuk menyaksikan serial drama Klosal Angling Dharma. Kerena itu sekali waktu ada teman yang bertanya “mengapa Memlilih menonton serial klosal semisal Angling Dharma, tutur tinular, atau juga misteri gunung berapi”.

Dalam serial klosal semacam itu saya lebih melihat tradisi pembelajaran yang berjalan baik seorang murid yang melaku ilmu pada seorang guru,  ada perburuan kebaikan dan kejahatan ; yang baik disebut pendekar golongan putih , yang jahat disebut pendekar golongan hitam.

Seorang pendekar mumpuni dalam tradisi klosal merangkak melewati berbagai tahapan  tahapan. Beralih dari padepokan satu ke padepokan lainnya. Dalam padepokan itu mereka menggembleng diri dengan tujuannya masing - masing. satu serius mencari ilmu kebaikan dan pada padepokan lain mencari ilmu kejahatan. Perburuan itu nampak mengasikkan ; menyuguhi kita hidangan engkau mau memilih sebagai pembela kebenaran atau sebaliknya pemebela kejahatan.Dari tradisi itu semuanya diwakli oleh satu kata "keseriusan".

Pula sekali waktu saya menonton seri drama klosal Angling Dharma, Berburu Naga Wisanala. Seekor Naga sakti yang dipercaya bahwa dengan membunuh dan meminum darahnya seseorang bisa mendapatkan Ilmu kebal selama - lamanya. Perburuan naga Wisalanala pun ramai. Dari sisi pendekar golongan hitam; membunuh naga wisanala adalah jalan menyempurnakan tirakat kejahatan. sementara Angling Dharma dan golongan putih memahami bahwa kekuatan Naga Wisanala bukanlah hal yang penting untuk diperebutkan bahkan tak boleh; sebab kekuatan manusia lebih baik ketimbang seekor Naga. Cara melihat seekor naga menjadikan kita memahami bahwa diluar diri manusia tersebar kekuatan yang lain, Namun bukan karena alasan itu manusia menghamba pada kekuatan itu. Kekuatan manusia lebih dari itu semua sebut Angling Dharma.

Ratri Pramudita kekasih Suliwa, pendekar perempuan Malwapati sekali waktu mendapat tugas menyampaikan surat dari Angling Dharma untuk memperingatkan pendekar golongan putih termasuk anak angling dharma sendiri; Angling Kusumo dan Danur Wenda agar tidak ikut dalam perburuan Naga Wisanala untuk membunuh serta meminum dan mandi dengan darahnya. Dalam perjalannya perempuan ini bertemu dengan angin puting beliung yang ada dalam hutan". Ia harus mengurungkan niatnya menyampaikan surat dari Angling Dharma. Akulah kata hatimu sebut angin puting beliung meyakinkan Ratri pramudita. karena itu ratri pramudita mengaminkan itu.

Perburuan menjadi pendekar pilih tanding berlanjut. Naga Wisanala tak mau menyerahkan dirinya untuk mati ditangan pendekar jahat, ia memilih untuk mati ditangan orang  orang baik agar kekuatan yang  dimilkinya didapatkan oleh orang baik pula. ia harus mati ditangan keturunan Angling Dharma. Lebih dari niat baik itu Naga Wisanala menginginkan kesempurnaan mencapai Nirwana; suatu kehidupan yang membebaskan, "suatu pemadaman diri" kebahagiaan dari batin yang bersih.

Pada akhirnya Naga Wisanala menyerahkan dirinya pada dua anak muda yang baik Angling Kusumo dan Danur Wenda. Ia mengahiri hidupnya demi mencapai Nirwana. Guru naga Wisanala, Kita Saka pulalah yang menjelam menjadi angin puting beliung membawa orang - orang baik untuk menyudahi kehidupan muridnya yang akan mengancam kelangssungan hidup orang - orang baik.

Angling Dharma dalam episode klosal ini menyudahi serial ini dengan baik. Ia mengutarakan bahwa kekuatan dalam diri manusia lebih dari kekuatan diluar dirinya sendiri. Ia juga mengingatkan tentang kata hati, “jangan tergoda dengan suara suara dari luar dirimu yang mengatakan bahwa ia adalah kata hatimu, sebab selama ia bertentangan dengan kata hatimu yang paling "kecil" ia bukanlah suara hatimu.

Teringat dengan kisah nabi Khidir as yang mengakhiri kehidupan seorang anak kecil. Mungkin akan mendapat hujatan, tetapi seorang anak kecil tak akan melawan orang yang ia kenali, orang tuanya pun tak menghalangi seorang Khidir. Apakah karena itu mereka mengenali jalan - jalan menuju Nirwana, sebagaimana Naga wisanala dalam seri klosal angling Dharma.

Dunia modern memang menertawai mega drama yang tak pernah "masuk akal" itu. Tetapi sebagai manusia lebih banyak anjuran kebaikan yang ditemukan ketimbang menonton serial sinetron semisal Boy yang digandrungi anak anak muda dan orang tua atau sinetron sejenisnya, tak ada pelajaran yang bisa diambil selain menjadi manusia "modern" rupawan yang rapuh; manusia yang lupa dirinya"

Dunia modern, akan terpingkal - pingkal menertwakan cerita serial ini. Tetapi siapa yang tak mengenali jalan menuju Nirwana pula akan berjalan menyeret kakinya karena beban - beban dirinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun