Kaum muda menjadi pihak yang sering menolak penerapan sistem kerja 996. Hak-hak individu sangat dibatasi sehingga waktu untuk memprioritaskan diri sendiri menjadi berkurang.
Benjamin Qiu seorang pakar hukum di Loeb & Loeb LPP mengatakan hampir seluruh startup di China kurang memerhatikan keamanan sosial terutama dikalangan kaum muda. Kompensasi pegawai tidak sesuai dengan kerja lembur yang dilakukan.
Kerja Keras Sebagai Kunci Kesuksesan
Motivasi yang besar untuk mencapai kesuksesan membuat budaya kerja 996 terus berjalan. Robin Li pendiri Baidu, Pony Ma pendiri Tencent, serta Jack Ma pendiri Alibaba merupakan individu yang menerapkan sistem kerja 996.
Jack Ma pun sempat dikritik akibat menerapkan sistem kerja 996. Ma justru menyayangkan sikap individu yang tidak mau bekerja keras saat masih berusia muda.
Kemampuan fisik selagi muda harus dimanfaatkan dengan kerja keras. Jika usaha yang dilakukan biasa-biasa saja maka tidak akan mampu meraih sukses yang diinginkan.
Dalam tulisannya, Ma menuturkan mencari pekerjaan sama seperti mencari pasangan. Ketika menemukan cinta sejati, perjalanan hidup akan terasa bahagia. Tetapi, ketika bekerja untuk hal yang tidak disukai akan terasa sangat berat.
Tak hanya pengusaha, profesi lain seperti seniman, ilmuwan, atlet, dan pejabat bahkan bekerja melebihi sistem 996. Hal ini lantaran memiliki cinta yang luar biasa terhadap profesi yang sedang dijalani.
Ketekunan yang luar biasa juga membuat mereka bersedia melakukan upaya luar biasa dalam meraih kesuksesan luar biasa. Ketika melakukan yang disukai, hal itu akan terus dilakukan meski kelelahan dan kesulitan terus menghampiri.
Jack Ma menyampaikan bahwa perusahaan diharapkan mampu menumbuhkan rasa cinta karyawan terhadap pekerjaan yang dijalani serta rasa memiliki terhadap perusahaan.
Banyak perusahaan teknologi China memiliki pandangan kerja keras akan sebanding dengan kesuksesan meskipun belum tentu benar. Tidak heran negeri ini dikenal memiliki masyarakat yang ulet.
Lantas bagaimana jika sistem kerja 996 diterapkan di Indonesia? Kerja yang dilakukan selama 12 jam non-stop sudah pasti akan menuai protes keras terutama oleh karyawan perusahaan serta kaum buruh.