Mohon tunggu...
Alexius Mahargono Digdoprawiro
Alexius Mahargono Digdoprawiro Mohon Tunggu... Freelancer - Alumnus Pemerintahan FISIP UNDIP angkatan 1985. Aktifis Mapala dan fotografi. Peminat Literasi, perkara perkara politik, sosial dan seni

penggiat alam bebas, fotografer, pemerhati sosial politik, penulis lepas

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jargon "Kesejahteraan Rakyat" Bagi Partai Politik Adalah Omong Kosong

9 Desember 2015   18:26 Diperbarui: 9 Desember 2015   18:31 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dalam das kapital, secara konklusif Marx membuktikan bahwa di bawah kapitalisme, kaum buruh telah menanggungkan proses pemiskinan yang luar biasa. Meskipun Max mengakui bahwa manusia tidak mesti buruk atau baik, melainkan semata-mata perwujudan dari kekuatan-kekuatan ekonomi. Marx memang menampilkan kaum borjuis  sebagai kaum yang jahat, dan Marx membangkitkan kebencian terhadapnya di kalangan kaum buruh. (Pergolakan Pemikiran, Bertrand Russell, hal. 172)

Benar memang kapitalis menguntungkan negara selama ada demokrasi. Karena negara demokrasi adalah negara kapitalis. Tapi ingat, di sini yang diuntungkan adalah “negara”, bukan rakyat. “Negara” dan rakyat itu hal yang berbeda. Negara lebih kepada elite, birokrat dan borjuis. Rakyat?

Satu contoh, karena kapitalisme hutan-hutan ribuan hektar penyangga kehidupan digunduli atas nama investasi, kemudian rakyat lagi yang menanggung akibatnya, dengan berbagai bencana banjir, longsor dan kekeringan. Lalu masihkah percaya dengan tag line kapitalisme untuk rakyat...? rakyat yang mana? Kapitalisme selalu untuk kaum kapitalis, investor, borjuis. Kalaupun ada share untuk rakyat itu hanyalah residu.

Mari kita tengok Cina. Cina bisa begitu perkasa karena tidak menganut sistem demokrasi, sistemnya sosialis, meskipun ada legislatif, tetapi partainya tunggal. Sehingga negara benar-benar mampu mengontrol kaum kapitalis untuk kepentingan rakyat. Demikian kebalikannya, tidak mungkin itu terjadi pada sistem demokrasi, sebab kaum kapitalislah yang mengontrol negara.

Itu faktanya. Tetapi kembali ke topik awal, bahwa bukan untuk membahas kapitalisme itu baik atau buruk, sosialisme itu baik atau buruk. Karena kapitalisme selalu baik bagi borjuis, dan sosialisme selalu baik bagi proletar. Keduanya selalu menjadi “musuh” abadi. Kapital (modal), memang penting, Tetapi bukan itu perkaranya, melainkan perkara jargon/kredo sistem sebuah negara. Jika memang kredonya untuk kesejahteraan rakyat, maka demokrasi adalah opsi yang salah. Karena demokrasi adalah kapitalis, sehingga kredonya adalah kesejahteraan kaum kapital, bukan kesejahteraan rakyat.

Jadi untuk mencapai kesejahteraan rakyat, sosialislah opsi yang tepat. Demikian sebaliknya, demokrasi (kapitalisme) adalah opsi yg tepat untuk negara yg berkredo untuk kesejahteraan elite, birokrat dan borjuis. Artinya, semua partai politik dalam sistem demokrasi yang bercita-cita untuk kesejahteraan rakyat sama dengan omong kosong.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun