Tren atau gaya mutakhir (KBBI Online Edisi VI, 2022) mempersyaratkan bahwa guru sebagai instrumental input, bahkan sutradara kelas harus selalu mengorkestrasi kelas mengikuti gaya mutakhir pembelajaran. Syarat ini merupakan prioritas agar dalam pengelolaan dan penyelenggaraan pembelajaran di kelas guru lebih siap dan matang dalam merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran, sebagaimana diamanatkan Pasal 20 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
Pendidikan adalah proses dinamis yang terus berkembang seiring perubahan zaman. Kondisi ini adalah cerminan bahwa paradigma praktis operasional pembelajaran juga mengalami lompatan mekanisme pembelajaran sekaligus pergeseran paradigma dari pendekatan tradisional ke pendekatan yang lebih modern dan berpusat pada peserta didik. Terjadi rancang bangun arah transformasi pendidikan modern. Salah satu transformasi paling signifikan dalam dunia pembelajaran adalah pergeseran paradigma dari pendekatan behavioristik yang berfokus pada kontrol dan pengulangan, menuju pendekatan konstruktivistik yang menekankan pada pemaknaan dan partisipasi aktif peserta didik. Transformasi ini bukan sekadar perubahan metode, tetapi perubahan cara pandang terhadap hakikat belajar dan peran guru serta siswa dalam proses pembelajaran.
Pendekatan behavioristik menekankan stimulus-respons, penguatan, dan hasil belajar yang terukur melalui perubahan perilaku. Cocok untuk pembelajaran yang bersifat drill atau hafalan-hafalan. Pendekatan ini pula mengandaikan bahwa ruang kelas adalah ruang keteraturan, kenyamanan, dan kondusivitas yang mengharuskan siswa untuk duduk diam dan mendengar apa yang disampaikan guru. Pendekatan konstruktivistik menekankan bahwa siswa membangun pengetahuan sendiri melalui pengalaman, refleksi, dan interaksi sosial. Ini sangat sesuai dengan tuntutan kurikulum merdeka dan pembelajaran berbasis proyek. Pendekatan ini mengandaikan bahwa ruang kelas adalah ruang kesemrawutan, ketidakteraturan, keberantakan yang memungkinkan pula siswa menyusun, mengonstruksi bahan sesuai apa yang ada pada dirinya. Dengan berkembangnya teknologi, kebutuhan akan keterampilan berpikir kritis, kolaboratif, dan kreatif, pendekatan konstruktivistik menjadi semakin penting. Namun, pendekatan behavioristik tetap berguna dalam konteks tertentu, seperti pembentukan kebiasaan atau pembelajaran dasar.
Siapkan ruang untuk dialog secara konsisten. Hidupkan kelas dengan pertanyaan-pertanyaan pemantik yang menantang gagasan awal memancing murid-murid untuk berpikir lebih keras dan mengemukakan pendapat mereka. Membiasakan peserta didik mempertanyakan dan mendiskusikan terus-menerus kadar ilmu dan pengetahuan dalam kegiatan bertanya, berdiskusi, dan berefleksi. Peserta didik selalu dipacu untuk berdialektika mempertanyakan definisi, konsep, atau asumsi dasar. Setiap jawaban yang diberikan akan diuji kembali dengan pertanyaan tambahan, sehingga peserta didik harus memperbaiki atau meninjau kembali jawaban mereka.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI