Mohon tunggu...
Aldo Pandu
Aldo Pandu Mohon Tunggu... Akuntan - smart simple

Visioner

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dampak Pandemi Covid-19 di Negeriku Indonesia

17 Januari 2021   22:38 Diperbarui: 17 Januari 2021   22:47 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Maksud penulisan artikel ini adalah sebagai pengingat generasi di masa depan, bahwa negeri indonesia pernah di guncang wabah yang dialami oleh seluruh negara yang ada di dunia bumi pertiwi ini maka disebut pandemi.

Asal mula pandemi dari negara china yang disebut dengan Corona Virus Disease 19 (CV-19), angka 19 karena virus tersebut terjadi di penghujung tahun 2019 pada negara china. Banyak spekulasi dan opini bahwa virus tersebut muncul dikarenakan dari pasar hewan di wuhan karena klaster terbesar terjadi di daerah tersebut, opini terus bergulir bahwa Virus berasal dari daging kelelawar dan apapun yang berkaitan dengan hewan kelelawar dianggap pembawa covid-19.

Ramai berita di china telah menyebar ke seluruh dunia, akan tetapi saat itu negeri saya Indonesia belum terlalu mensikapi secara inten virus tersebut, dengan tetap membuka jalur wisata asing masuk ke negara sementara negara lain sudah menutup rapat pintu akses wisata luar negeri.

Adu argumentasi saat DKI Jakarta selaku ibukota negara melakukan lockdown, yakni menutup akses kota meliburkan kegiatan kerja dan perekonomian. Awal mula banyak pakar, termasuk menkes Letjen TNI Purnawirawan Dr. dr. Terawan Agus Putranto, Sp.Rad(K) sebelumnya menjabat sebagai kepala RSPAD Gatot Subroto dan ketua tim dokter kepresidenan mencibir kebijakan gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan tersebut,  seperti yang diberitakan melalui CNBC Indonesia Nwes-Gustidha Budiartie, 11 Mei 2020 rilis 03.42 dalam judul beritanya "Cerita Anies yang sempat frustasi ke terawan soal Covid-19".

Indonesia tersadar bahwa virus tersebut bukan main-main dan nyata keberadaanya, setelah organisasi kesehatan dunia (WHO) secara resmi menyatakan bahwa virus covid-19 sebagai pandemi global tepatnya pada Rabu, 11/03/2020 malam hari.

Setelah dirilis oleh WHO, maka kebijakan gubernur DKI Jakarta sangat diapresiasi dan banyak daerah yang mengikuti kebijakan tersebut, akan tetapi hal ini sangat mengganggu pemerintah pusat, karena kebijakan lockdown kurang tepat. Setelah melakukan komunikasi dan membentuk satgas penanganan covid-19 maka kebijakan lockdown diganti dengan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) lebih ringan daripada lockdown, karena dalam kebijakan tersebut kegiatan kerja dan perekonomian dibatasi jam kerja dan jumlah orang yang bekerja, banyak istilah di dalam kebijakan tersebut seperti WFH (Work Form Home), menjaga jarak (phisical distancing). Menggunakan media online / internet untuk bekerja dan mengurangi kegiatan tatap muka, hal ini disebut dalam New Normal sebuah tatanan kehidupan yang baru.

Kementrian kesehatan membuat banyak istilah dalam upaya strategi antisipasi penanganannya. Seperti dirilis oleh kemenkes yakni : Orang Tanpa Gejala, Orang Dalam Pengawasan, Pasien Dalam Pengawasan. Kemudian pada tanggal 13 Juli 2020 istilah-istilah tersebut berganti OTG berganti menjadi kasus konfirmasi tanpa gejala (asimtomatik), ODP menjadi Kontak erat, dan PDP menjadi kasus suspek. entahlah ada maksud apa penggantian nama tersebut juga tidak berpengaruh kepada penurunan angka penularan covid-19.

Secara perekonomian indonesia sangat diguncang, bahkan desas desus krisis moneter saat tahun 98 akan terjadi kembali. Pemerintah pusat membuat satgas penanganan covid-19 yang dipimpin oleh Letjend TNI Doni Monardo dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang diketuai oleh Ir.Budi Gunadi Sadikin,CHFC,CLU seorang pengusaha (Wamen BUMN) dan pada tanggal 23/12/2020 dilantik oleh Presiden Joko Widodo menjabat sebagai Menkes menggantikan Terawan Agus Putranto.

Secara makro ekonomi pada akhir tahun 2019, pertumbuhan ekonomi indonesia tumbuh sebesar 5.02% lebih rendah dibanding pencapaian pada 2018 sebesar 5,17%, sedangkan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2020 sebagai berikut : 

Pada kuartal I tumbuh sebesar 2,97% (y-on-y) sedangkan untuk TW I/2019 sebesar 5,07% (y-on-y), pertumbuhan tersebut mengalami kontraksi 2,41% dibandingkan TW  IV/2019 tercatat 4,97% (y-on-y);

Pada kuartal II mengalami kontraksi atau minus 5,32% (y-on-y) apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya mengalami kontraksi sebesar 4,19% (q-to-q), bila dibandingkan semester I/2019 dengan semester I/2020 mengalami kontraksi 1,26% (c-to-c);

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun