[caption id="attachment_245277" align="alignnone" width="619" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption]
Sebagai alternatif investasi yang banyak diminati, emas nampaknya belum mampu menunjukkan 'kilaunya' di permulaan tahun ini. Sejak pembukaan tahun 2012 sampai tulisan ini dibuat, harga emas terus bergerak datar (flat) dan terkonsolidasi di kisaran yang sempit (grey area) yaitu antara US$1,600 dan US$1,780 per troy ons.
Seperti instrumen investasi pada umumnya, pergerakan harga emas selalu dipengaruhi berbagai faktor seperti keadaan ekonomi makro global (fundamental) dan rekam jejak (track record) atau riwayat perkembangannya yang tertuang dalam bentuk grafik (teknikal).
Outlook Emas di Tahun 2013
Secara fundamental, pasar emas memang sedang dibuat resah oleh sejumlah pemberitaan yang sepertinya kurang mendukung komoditi tersebut untuk tetap terus bergerak naik. Seperti rilis data dari Dewan Emas Dunia (World Gold Council/WGC) misalnya, yang mengatakan adanya penurunan persentase permintaan (demand) dunia terhadap emas selama tahun 2012 (lihat grafik di bawah).
[caption id="" align="aligncenter" width="657" caption="Gambar 1. Sumber data: www.gold.org"]
Wajar jika pada akhirnya rilis data ini mengakibatkan keresahan di tengah masyarakat. Pelaku pasar yang sebagian besar memahami adanya kaitan hukum supply & demand (S&D) pada pergerakan harga emas, memandang turunnya permintaan emas---sementara pasokannya relatif tetap---akan membuat harga emas jatuh; sesuai dengan bunyi yang ada pada hukum S&D itu sendiri. Sentimen (pandangan) seperti itu tentu secara otomatis berdampak langsung pada perkembangan harga emas yang belakangan terus melemah ke kisaran US$1,580 per troy ons.
Selain itu, berkembangnya kabar terkait investor kelas kakap yang juga seorang bilioner, George Soros, bisa menambah kekhawatiran para pelaku pasar akan kelangsungan harga emas. Soros dikabarkan telah mengurangi kepemilikan sahamnya sebesar 55% di produk ETF (Exchange-Traded Fund) berbasis emas yang dikenal dengan nama SPDR GOLD TRUST.
Entah atas dasar pertimbangan apa beliau melakukan itu (menjual sahamnya di SPDR Gold Trust), yang jelas hal tersebut sedikit/banyak akan berpengaruh pada pergerakan harga emas yang sejatinya adalah bentuk/cerminan dari sikap pelaku pasar yang sarat unsur psikologis yang membuat mereka merespons berita berdasarkan rumor atau tidak secara akal sehat alias irasional.
Emas Masih Menjanjikan Lantas, apakah ini berarti tren naik (bullish trend) emas sudah berakhir? Rasanya masih ada beberapa hal yang patut dipertimbangkan terkait hal ini.
Pertama dan masih terkait data dari WGC; meskipun dikatakan permintaan dunia terhadap emas berdasarkan tonasenya berkurang, namun berdasarkan nilai (value), permintaan emas di tahun 2012 merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah yakni mencapai US$236.4 milyar atau 6% lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya.
Selaras dengan itu, WGC pun mencatat rata-rata harga emas pada kuartal IV (Q4) tahun 2012 mencapai US$1,721 per troy ons atau meningkat 1% dari periode yang sama tahun sebelumnya yang mana merupakan rekor harga rata-rata tertinggi. Ini berarti, sekalipun kapasitas permintaannya berkurang, emas masih tetap memiliki nilai (berharga) dan menjanjikan untuk dijadikan sarana investasi.