Mohon tunggu...
Aldentua S Ringo
Aldentua S Ringo Mohon Tunggu... Pengacara - Pembelajar Kehidupan

Penggiat baca tulis dan sosial. Penulis buku Pencerahan Tanpa Kegerahan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ridwan Kamil, antara Duka dan Kerja

4 Juni 2022   20:58 Diperbarui: 4 Juni 2022   21:00 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Duka yang melanda Ridwan Kamil atas hilangnya anaknya Eril di sungai ketika berlibur di Swiss sangat dalam. Siapakah yang tidak berduka dalam, ketika pergi bersama anak yang disayangi, namun pulang tanpa anak tersebut.

Yang lebih tragis lagi, sampai pulang, mayatnya belum ditemukan. Pastilah ada rasa atau keinginan untuk tinggal lebih lama di Swiss agar bisa dekat menanti, seandainya ada keajaiban dan menemukan mayat anaknya, Eril.

Mujur tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak, demikian sebuah peribahasa. Waktu bukan milik manusia. Lahir dan mati itu waktu Tuhan. Tak ada manusia yang bisa menentukan kapan kematiannya. Demikian juga Eril, yang tenggelam dan terbawa arus sungai di Swiss.

Sempat menunda kepulangan dan cuti kerjanya ditambah, akhirnya Ridwan Kamil pulang ke Indonesia sesuai perpanjangan cuti kerjanya sampai 4 Juni 2022.

Kepulangannya ke Indonesia untuk mengemban tugas dan kerjanya patut kita hargai. Tentu saja masih menyisakan rasa duka yang dalam sebagaimana disebut diatas. Kemalangan ini sudah ditangisi dan mungkin air mata sudah hampir kering. Namun, duka ini juga tidak cukup hanya diratapi, namun harus dihadapi dengan pengharapan dan iman percaya bahwa segala sesuatunya ada waktunya dan tuhan akan memberikan berkah dan suka dibalik duka ini.

Kita sebagai manusia sangat berempati dengan Ridwan Kamil dengan keluarganya yang masih diliputi rasa duka. Kita juga seringkali mengalami gelombang hidup baik suka maupun duka pernah mengalami duka yang malang. Tidak ada manusia yang hanya mengalami suka tanpa duka atau sebaliknya.

Duka ini mungkin akan berkurang, sekiranya mayatnya Eril bisa ditemukan dan dibawa pulang dan dimakamkan di Indonesia. Namun karena mayatnya tidak bisa ditemukan, maka kesedihan ini tetap dalam.

Ketika kapal di laut tenggelam atau pesawat jatuh di laut dan mayat tidak ditemukan, maka yang dapat dilakukan para keluarga korban adalah menabur bunga di laut.  Itulah  bentuk ziarah terhadap kubur yang tidak diketahui dimana mayatnya.

Kelak ke depan, mungkin juga berkunjung ke Swiss dan menabur bunga di atas permukaan sungai sebagai bentuk pelepas rindu dan ziarah kubur.

Harapan kita, pak Ridwan Kamil bisa segera bekerja sebagai gubernur dan mengurus Jawa Barat. Biarlah kesedihan dan duka ini menjadi bagian hidup yang harus dijalani. Tugas dan tanggung jawab sebagai Gubernur Jawa Barat sudah menanti.

Kami sebagai rakyat hanya bisa mendoakan, semoga keluarga Ridwan Kamil selalu diberkati Tuhan dan mendapat penghiburan dariNYA. Dan semoga dapat segera bisa bekerja dan melayani masyarakat Jawa Barat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun