Mohon tunggu...
Aldentua S Ringo
Aldentua S Ringo Mohon Tunggu... Pengacara - Pembelajar Kehidupan

Penggiat baca tulis dan sosial. Penulis buku Pencerahan Tanpa Kegerahan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Paskah, Kasih dan Peduli terhadap Sesama Manusia

15 April 2022   06:29 Diperbarui: 15 April 2022   06:41 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Perayaan Paskah merupakan sebuah momen yang sangat berarti dan bermakna bagi umat Kristen. Walaupun perayaan Paskah seringkali diperingati dengan sederhana, tidak seperti perayaan Hari Natal, namun sesungguhnya Paskah adalah penggenapan nubuat penyelamatan yang telah disampaikan para Nabi sebelumnya dalam Kitab Perjanjian Lama.

DIA datang, lahir, mati dan bangkit untuk kita semua, umat yang percaya. DIA adalah juru selamat kita. Itu adalah wujud nyata kasih Tuhan. Tuhan mengasihi umatnya dan peduli kepada umatnya. Lalu bagaimanakah kita sebagai umat meniru dan bersikap serta bertindak seabagai orang yang beriman?

Hukum yang utama ada dua, Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hati dan pikiranmu dan kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri. Ketika murid-muridnya bertanya kepada Sang Guru, siapakah sesama, Sang Guru tidak menjawab dengan sebutan nama. Namun Sang Guru memberikan perumpamaan tentang orang Samaria yang baik hati.

Kisah orang Samaria yang baik hati sebagai perumpamaan tentang siapakah sesama manusia cukup sederhana. Seseorang yang dirampok dan dianiaya tergeletak di pinggir jalan. Banyak orang berlalu lalang, ada pemimpin agama, alim ulama yang lewat, mereka hanya melihat, prihatin dan lewat. Lalu lewatlah orang Samaria yang baik hati. Dia melihat korban perampokan dan penganiayaan tersebut. Dia prihatin dan membawa korban tersebut. Dia meletakkannya diatas keledainya serta membawanya ke kota. Dia menitipkan orang tersebut di kota tersebut untuk dirawat dan dia membayar biaya perawatannya. Dia berjanji akan datang lagi dan akan membayar kekurangan perawatan korban tersebut.

Lalu Sang Guru bertanya balik kepada murid-muridnya. Siapakah sesama bagi korban perampokan dan penganiayaan tersebut? Para murid menjawab, sesama manusia adalah orang Samaria yang baik hati dan menolong tersebut. Orang Samaria dianggap bukan orang terhormat dalam tradisi ketika itu. Ahli Taurat, Parise dan tokoh agama lain yang lebih terhormat. Namun ketika mereka melihat korban, mereka hanya prihatin dan lewat saja.

Orang Samaria yang baik hati tidak bertanya kepada korban, siapakah engkau, apa sukumu, apa agamamu dan siapa keluargamu. Dia melihat, prihatin dan memutuskan untuk menolong dan membawanya untuk dirawat.

Orang Samaria yang baik hati dalam perumpamaan Sang Guru menjadi figur sesama manusia. Itu berarti sebagai sesama manusia, kita harus mengasihi sesama manusia tanpa embel-embel karena suku, agama atau status yang sama. Kasih  sesama manusia harus diwujudnyatakan kepada semua orang tanpa melihat apa suku, agama atau golongannya. Jika ada sesama yang harus dibantu, bantu sajalah. Peduli dan bertindak.

Konteks kita masa kini, mungkin kita berlaku dan bertindak seperti orang yang prihatin melihat korban perampokan dan penganiayaan tersebut. Hanya prihatin dan lewat saja. Tanpa tindakan nyata. Jika demikian, maka sesungguhnya kita bukanlah sesama manusia bagi orang yang menjadi korban.

Kejadian kita sehari-hari, banyak korban dari kehidupan. Mungkin tidak sama seperti korban perampokan dan penganiayaan kisah orang Samaria yang baik hati tersebut, namun menjadi korban. Ada korban PHK, ada korban bencana, ada korban Covid-19 dan berbagai korban lainnya yang terjadi di sekitar kita.

Perayaan Paskah ini menjadi momen untuk melakukan refleksi atau perenungan ulang, apakah kita telah menjadi orang yang mengasihi dan peduli kepada sesama? Apakah kita sudah melakukan tindakan nyata sebagai wujud kasih dan peduli kita kepada sesama? Ataukah kita masih bertanya korban yang mau kita tolong hanyalah keluarga kita, seiman kita atau satu suku dan golongan dengan kita?

Jika kita membantu orang lain tanpa mempedulikan suku, agama, ras dan golongannya itulah pengertian sesama manusia. Itulah perwujudan salah satu hukum yang utama tersebut, mengasihi sesama manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun