Mohon tunggu...
Aldentua S Ringo
Aldentua S Ringo Mohon Tunggu... Pengacara - Pembelajar Kehidupan

Penggiat baca tulis dan sosial. Penulis buku Pencerahan Tanpa Kegerahan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sang Janda Penakluk Hakim yang Lalim

30 Mei 2020   21:36 Diperbarui: 30 Mei 2020   21:38 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ketekunan, doa  dan pantang menyerah menghadapi corona dan normal baru.

Acara jalan pagi Sang Kakek dan Sang Cucu akan diisi cerita dari Sang Kakek. Sang Kakek berencana mengimbangi cerita cucu tentang mayat yang bungkuk dan bengkok minggu lalu itu. Lalu dia memilih cerita tentang janda penakluk hakim yang lalim. Memberi contoh sikap menghadapi pandemi corona.

   "Di suatu daerah ada seorang hakim yang lalim dan tidak benar. Dia tidak takut kepada Tuhan dan tidak mau mendengar nasehat dari siapapun. Dalam memutuskan segala perkara dia hanya memikirkan kepentingan dan berdasarkan keyakinannya sendiri.

Ketika itu ada seorang janda yang berperkara di pengadilan tempat sang hakim yang lalim ini yang memeriksa perkaranya. Si Janda ini setiap hari datang meminta keadilan kepada hakim itu. Benarkanlah aku dan menangkan aku terhadap lawanku itu, demikian permintaan sang janda itu. Pantang menyerah, terus dan terus meminta kepada hakim yang lalim.

Karena setiap hari datang dan terus menerus, sang hakim berpikir keras untuk menghadapi sang janda tersebut. Langkah dan permintaan janda yang  setiap hari mendatanginya menjadi sesuatu yang menakutkan bagi hakim yang lalim tersebut.

Hakim itu sesungguhnya tidak mau memberikan kemenangan kepada sang janda tersebut. Tapi dia sangat terganggu dengan kehadiran sang janda tiap hari. Akhirnya hakim itu menyerah. Ah, saya memang tidak mau memenangkanmu sang janda, tapi saya sangat terganggu dan takut kau terus menyerangku. Lebih baik kukabulkan permintaanmu, asal kau jangan menggangguku, demikian kata hati hakim itu. Akhirnya sang janda menang dalam perkara itu. Demikianlah ceritanya," kata kakek.

   "Hebat sekali sang janda itu ya. Jadi dia tidak memberikan uang sogok ke hakim itu?" tanya cucu.

   "Tidak. Kenapa pertanyaannya begitu?" kata kakek.

   "Kan ada juga cerita hakim memenangkan perkara orang karena menerima sogokan. Itukan ada beberapa contoh hakim yang masuk penjara kek," kata cucu.

   "Tidak semua hakim seperti itu. Masih lebih banyak hakim yang jujur dan adil daripada yang kau sebut itu. Berapa ribu hakim semuanya? Berapa yang bermasalah? Jadi jangan disamaratakan ya. Semua profesi ada orang yang baik, ada juga yang tidak baik. Cerita ini bukan soal sogok dan suap kepada hakim," kata kakek.

   "Lalu tentang apa makna cerita ini kek?" tanya cucu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun