Perempuan itu berkerudung biru. Kurus. Berkacamata. Guratan usia yang tak lagi muda jelas terlihat di wajahnya. Kulitnya juga terlihat sudah tidak kencang lagi. Â Sudah dua bulan dia bekerja di kantor saya. Pindahan dari kantor pusat. Manager itu jabatannya. Kami memanggilnya Ibu Hamidah. Usianya 42 tahun. Â Sembilan tahun lebih tua dari saya. Tebak berapa usia saya!
Ibu Hamidah memanggil saya Adik. Saya segan memanggilnya mbak atau kakak karena selain usia terpaut jauh juga karena pembawaannya yang keibuan dan berwibawa. Saya bekerja sebagai Kepala Divisi Penjualan, hampir setiap hari selalu berinteraksi dengannya. Kami selalu berdiskusi tentang berbagai hal terutama tentu bagaimana produk kami bisa diterima luas di masyarakat dan mendapat keuntungan yang lebih besar. Tapi, kami sering juga pergi makan siang bareng dan bercerita hal-hal ringan misal masalah politik, sosial dan lain sebagainya.Â
Ibu Hamidah sering menumpang mobil saya untuk pergi makan siang, kalau tidak bersama kawan-kawan yang lain, kadang hanya berdua saja. Suatu hari Ibu Hamidah meminta saya mengantarkan beliau pulang karena sopirnya tidak bisa menjemput, mobilnya masuk bengkel.Â
Diperjalanan Ibu Hamidah bertanya masalah pribadi saya yang tidak saya duga. "Alim, Anak kamu sudah berapa?" Kata Ibu Hamidah. Saya terkejut. Pertanyaan yang biasa sih. Tapi kesan dari dua bulan bergaul beliau ini kesannya cuek dengan masalah pribadi bawahannya.
 "Belum, Bu, Saya masih bujang". Jawab saya tersenyum.Â
"Olala...maaf ya. Kalau boleh menebak usia kamu sudah kepala tiga ini kan...kok belum nikah juga?"Â
"Belum ketemu jodohnya, Bu..." Jawab saya seperti biasa menjawab pertanyaan sejenis. "Kalo Ibu?" saya memberanikan diri melakukan counter Attack.Â
Ibu Hamidah terdiam sejenak, lalu tersenyum. "Ayo coba kamu tebak?"
"Hmmm...saya kira ibu sudah punya anak tiga, anak tertua paling tidak sudah SMA. Ya kan, Bu?"Â
Ibu Hamidah malah tertawa lebar. Saya heran. Tersadar, beliau menutup mulutnya. "Kok, ketawa...Bu"Â
"Ah..nggak. Tebakanmu belum tepat. Ohya....ya sudah, itu rumah saya yang berpagar putih. Terimakasih ya, sudah antar. Mampir yuk..?"Â