Mohon tunggu...
Albi Abdullah
Albi Abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Ex Philosophia Claritas

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Corona dan Memaknai Ibadah Secara Meluas

27 April 2020   08:32 Diperbarui: 27 April 2020   08:30 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pandemi corona telah mengguncangkan dunia, krisis terjadi dimana-mana. Pemecatan karyawan, bertambahnya angka kemiskinan, kelaparan, dan berbagai masalah sosial lainnya, adalah hal yang kini lumrah terjadi. Tempat-tempat ramai mulai ditutup, bahkan tempat ibadah juga tidak luput dari keganasan corona.

Disadari atau tidak dengan adanya wabah ini, pemaknaan ibadah bisa dilakukan secara meluas, bukan hanya sekedar ritual formal belaka. Ibadah yang dilakukan bukan hanya sekedar ritual seperti sholat yang bertujuan untuk menyembah Tuhan, tetapi terdapat ibadah sosial yang diwujudkan dengan membantu orang-orang yang terkena dampak corona.

Ibadah sosial semacam ini tentu lebih banyak tersisihkannya jika situasi sedang normal-normal saja. Kita hanya berfokus pada ibadah ritual (itupun jika sempat) ketimbang menyeimbangkan antara ibadah ritual dan ibadah sosial.

Salah satu faktor penyebab terjadinya kepincangan semacam ini adalah, pemuka agama kurang menjadikan umat peka akan realitas sosial, peka akan ketimpangan, kemiskinan, dan ketidakadilan. Formulasi agama sudah seharusnya dioreintasikan kepada proses transformasi sosial.

Pada zaman awal kemunculan Islam, wajar jika para ulama berdebat dan merumuskan dengan begitu ketatnya dalil rasional tentang adanya Tuhan ataupun membahas dengan intensif mengenai hakikat ketuhanan dan eksistensi Tuhan atau dalam agama Islam disebut aqidah.

Namun zaman sudah berubah, sudah saatnya pembahasan Tuhan bukan dalam bentuk pembahasan berorientasi langit, tetapi lebih diarahkan kepada bagaimana suatu keyakinan dapat memacu munculnya semangat mengentaskan kemiskinan dan ketimpangan sosial. Dalam konsep teologi, konsep seperti ini dinamakan teologi pembebasan, salah satu ide tokoh yang saya ambil untuk tulisan ini adalah tokoh Hasan Hanafi.

Jika kita menarik relevansi konsep tersebut dengan keadaan sekarang, tentu merupakan momen yang tepat untuk mengimplementasikannya. Sholat berjamaah yang ditiadakan, kini harus dialihkan dengan berjamaah atau bersama-sama membantu orang-orang yang terkena dampak pandemi ini. Kita bisa lihat di berbagai pemberitaan media ketika masyarakat bersolidaritas mengumpulkan dana dan menyalurkannya kepada ojol, tukang becak, serta berbagai kalangan masyarakat lain yang kurang beruntung.

Solidaritas juga bisa kita lihat  oleh pihak Masjid Jogokariyan di Yogyakarta. Pihak mesjid membuat produk hand sanitizer yang kemudian dibagikan kepada warga sekitar. Kegiatan tersebut diunggah di Twitter mereka pada Jum'at, 20 maret 2020.

Padahal pada dasarnya ajaran Islam sudah terang-terangan mengatur tentang keharusan menolong masyarakat tertindas, baik di Al-Qur'an maupun hadist.

Pandemi ini telah memaksa kita untuk melakukan pemaknaan ibadah lebih komprehensif. Diharapkan kegiatan solidaritas semacam ini tetap berlangsung disituasi normal. Peran para ulama sangat dibutuhkan dalam rangka memimpin umat dalam melakukan tindakan nyata untuk proses perubahan sosial. Bukan malah ulama yang mendapat upah dari hasil ceramahnya dan ia bersenang-senang dengan segala kekayaannya tetapi umatnya banyak yang miskin dan tertindas.

Solidaritas sosial yang begitu gencar hari ini, harus tetap dipertahankan hingga tercapai cita-cita awal yaitu agama sebagai transformasi sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun