penulis: Putra,Albert,Bunga ria,Daren,Febi,Godang,Keryn,Theona
(SMA KALAM KUDUS MEDAN)
1. Penggunaan Bahasa Daerah Menyebabkan Prasangka dikalangan Masyarakat
Untuk di Indonesia masih banyak karna belum bisa menerima satu sama lain, seperti ras china dan ras-ras lain  yang belum menerima itu masih banyak. Menurut saya pribadi kesenjangan budaya itu sudah sangat meresahkan ya kalau saya bilang, dimana adanya perbandingan antar golongan yang saling mengunggulkan dan saling membenarkan dan saling beradu bahwa satu yang kita yakini itu sangat benar, dan ini juga menimbulkan perpecahan antara keyakinan yang satu dengan yang lain itu saling berlawanan juga jadi untuk itu kesenjangan sosial ini menjadi sebuah perhatian dan dimana juga kesenjangan ini bisa menimbulkan perpecahan yang sangat besar bagi kalangan masyarakat.
Sehingga dapat dilihat bahwa negara Indonesia masih memiliki stigma yang negatif dan buruk antara satu golongan dengan golongan yang lain terlebih pada golongan yang minoritas. Fenomena ini lah yang juga menimbulkan stigma negatif balasan daripada golongan yang dianggap minoritas tersebut.Â
Dikarenakan penggolongan dalam pergaulan dan interkasi, hal inilah yang memicu penggunaan bahasa daerah agar mempertahankan eksistensi dari pada suku yang terpojokkan ataupun mayoritas. Sehingga, hal inilah yang memicu prasangka negatif satu sama lain antara suku yang satu dengan suku yang lain. Dikarenakan didorong faktor penggunaan bahasa daerah dan ketidaktahuan pembicaraan akan apa yang dikatakan antara golongan satu dengan yang lain yang pada akhirnya mendorong terciptanya konflik sosial dan prasangka buruk.
2.Penggunaan Bahasa Daerah Tidak Hanya Memberikan Dampak Negatif Bagi Kemajuan Masyarkat
Kalo kesenjangan-kesenjangan ini memang kita harus banyak sabar soalnya kalo engga sabar akan menimbulkan masalah baru jadi kita menerima saja dari pada muncul masalah baru. Janganlah pilih-pilih kawan bergaulah dengan teman yang berbeda dari kita biar tahu wawasan lebih luas jadi tidak membeda-bedakan bagi semua orang..
Kalau saat nih untuk keluarga perbedaan budaya sih tidak, apa lagi untuk saya pribadi itu, saya memiliki keluarga yang beberapa suku seperti Karo, Simalungun, etnis Tionghoa, ada juga Toba, dan ada juga keluarga saya Muslim, dan kami itu perbedaan budaya itu tidak masalah bagi keluarga kami.
Maka, ditarik lah kata  "toleransi" dan "memahami". Bahwa dari rasa kesabaran dari kedau belah pihak memberikan dorongan untuk toleransi dan saling memahami antara pihak satu dengan pihak lain. Sehingga, penggunaan bahasa ini di pahami dari pelaksana dapat dilakukan dalam lingkup yang lebih kecil dan tidak pada saat berada dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk dilaksanakan. Di sisi pihak yang lain, perlunya rasa untuk mengerti pihak yang bisa menggunakan bahasa daerah. Sehingga, memungkinkan untuk memberikan pengertian tanpa harus melakukan 'gesekan' yang menuju konflik.
Tetapi, perlu lah kita memperluas akan pergaulan kita sehingga tidak menimbulkan stigma negatif yang lama. Tetapi, dapat memberikan dampak positif yang sebenarnya terlebih pada bahasa daerah. Kita bahkan dapat mempelajari bahasa daerah dan mempererat tali persaudaraaan dan tenggang rasa itu sendiri.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI