Mohon tunggu...
Tony albi
Tony albi Mohon Tunggu... Freelancer - berniat baik dan lakukan saja

tulis aja

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Corona, Dunia, Media dan Kita (Bagian 2)

2 April 2020   05:10 Diperbarui: 2 April 2020   05:30 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Punya pengalaman menghadapi wabah global ini. Akhirnya sasaran kritik kepada pemerintah cendrung bersifat politis dibandingkan  memberi masukan dan solusi akan masalah bersama ini.

Dengan kit rapid test virus ini, saya bertanya-tanya, jika anda atau saya di test oleh alat ini dan dinyatakan positif, selajutnya apa ? Atau jika hari ini saya di test negatif bukan tidak mungkin dalam hari-hari berikutnya bisa jadi saya terpapar dan positif, bukan ? Terus jumlah terinfeksi positif akan meningkat and what next ?

Apakah rumah sakit akan penuh atau isolasi dirumah saja ? Bukan tidak mungkin kita semua sudah terpapar tapi tanpa gejala dan mengalami ganguan kesehatan yang berarti. Karena jika salah satu anggota keluarga terpapar bukan tidak mungkin semua anggota keluarga menjadi terinfeksi juga, ingat pola hunian keluarga di negara kita, bisa 3 generasi tinggal dalam 1 rumah.

Semua orang di negeri ini bicara lockdown, kata yang maknanya dan menjadi sangat politis akhir-akhir ini. Penutupan wilayah akan sangat berdampak pada sosial ekonomi masyarakat,  panic buying bahkan chaos bisa sangat mungkin terjadi, karakter, budaya dan ekonomi politik masyarakat kita sangat berbeda dengan negara lain. 

Disini kita bisa melihat berbagai kapabilitas kepada daerah dalam menghadapi bencana, ada yang hanya membaca data orang terinfeksi postif, ODP, PDP ada yang hanya menghimbau saja, seperti corong pemerintah tanpa tahu harus berbuat apa. Akhirnya lockdown menjadi pilihan yang sangat mengema dimana-mana wilayah tanpa hitungan dampak sosial dan ekonominya.

Situasi akan tambah sulit, karena mendekati Ramadhan dan Idul fitri, acara mudik apakah menjadi pemudik selektif ?. bagaimana melindungi lansia dari wabah ini ? Masyarakat berpenghasilan harian ? disinilah perlu peran pimpinan daerah atau wilayah, bukan hanya teriak lockdown saja, seorang pemimpin dinilai bukan dari kata-katanya tapi dari tindakannya saat menghadapi  masalah.

Sekolah diliburkan, himbauan mengunakan masker, rajin cuci tangan, Work from home, Social distancing/physical distancing sangat jelas arahnya dan kita semua harus disiplin mentaatinya, kata kuncinya adalah ikuti aturan pemerintah dan displin. 

Ada contoh menarik, disini, di negara bagian Bayern, Jerman  ( daerah dengan epicentrum epidemi virus ini ), juga menerapkan itu semua, begitu besar  kasusnya di Bayern, tapi tidak lockdown, kalau kita belanja di supermarket, pengunjung di dalam supermarket dibatasi dan ada tanda batas di lantai didepan kasir untuk memperjelas jarak antar pengunjung, juga kasir mengunakan kaca pembatas saat ini, berbelanja juga lebih disarankan mengunakan kartu debit yang tadinya cendrung tunai. Antrian berjarak pengunjung ada diluar supermarket dan sekuriti di depan pintu masuknya, hal yang sama bisa diterapkan di indonesia, seperti di supermarket ataupun mini market seperti alfamart dan indomaret.

Karena masyarakat bekerja dirumah agaknya membuat pasar tradisional  menjadi sepi pengunjung, agaknya cara berbelanja kita juga berubah di pasar tradisional tersebut, mungkin dengan para pedagang, bisa jadi ibu rumah tangga lebih berinteraksi by phone dan jasa antar mengunakan ojol, atau mungkin nantinya ada jasa pengantaran bahan belanja harian, ini merupakan simbiosis mutualism.

Dugaan saya, karena semua negara sedang berpacu dengan waktu untuk menemukan vaksin, obat atau apapun itu guna menangkal virus ini, setidaknya dalam bulan Agustus paling lambat akhir tahun badai wabah ini teratasi oleh dunia. Dan cara kita bekerja dan interkasi sosial kita menjadi sedikit berbeda, tadinya berbagai aplikasi bekerja dan belajar  via online sangat jarang digunakan, akhirnya akan menjadi hal yang biasa dan semakin efisien, begitu juga dengan birokrasi kita yang tidak lagi panjang dan lambat. Hikmah dari wabah ini, polusi dunia jauh berkurang dan apakah ada tatanan budaya baru di dunia setelah wabah ini terlewati?.

Akhirnya saya ingin mengatakan, janganlah saling menyalahkan dalam situasi yang sulit ini, tetap ikuti aturan pemerintah jika merasa punya solusi, beri saran anda ke pemerintah dibanding hanya mengkritik, tetap di rumah, saling menjaga jarak, mengunakan masker, hindari keramaian dan solidaritas bersatu guna melewati badai wabah ini, kata kuncinya jaga kebersihan dan displin mulai dari diri sendiri.    

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun