Di bawah langit biru yang cerah, azan yang merdu berkumandang dari Masjid Al-Adyan Doktor Haji Maratua Simanjuntak, menandai dimulainya Salat Jumat di Islamic Boarding School Al-Azhar Asy-Syarif Sumatera Utara. Ratusan santri dan guru berkumpul dengan khusyuk, memenuhi setiap sudut masjid. Berpakaian seragam rapi dan wajah berseri, mereka menunjukkan kesiapan lahiriah dan batiniah untuk menjalankan ibadah wajib sekaligus momentum spiritual paling berharga dalam Islam.
Salat Jumat yang dipimpin oleh Ustadz Khairul Fikri Sikumbang, S.Ag. sebagai khatib, berlangsung khidmat. Beliau menyampaikan khutbah bertema "Menyeimbangkan Kehidupan Dunia dan Akhirat di Era Modern", menekankan pentingnya memperkuat fondasi iman tanpa mengabaikan tanggung jawab sosial dan intelektual. Azan dibawakan oleh Ahmad Zidan Al-Hafiz (kelas IX), sementara lantunan dzikir dan doa dipimpin oleh Muhammad Ichsanul Aqs (juga kelas IX). Keterlibatan santri dalam peran-peran kunci ini bukan hanya melatih keberanian dan kepemimpinan, tetapi juga mencerminkan komitmen sekolah dalam membentuk generasi yang cerdas secara akademis sekaligus matang spiritual.
Khutbah Jumat yang dinanti-nanti disampaikan dengan suara menenangkan oleh Ustadz Khairul. Beliau memulai dengan memuji kebesaran Allah SWT dan mengajak jamaah meningkatkan ketakwaan - sebagai bekal utama menghadapi tantangan hidup. Inti khutbahnya berfokus pada pentingnya meneladani akhlak Nabi Muhammad SAW di tengah gempuran era digital. Ustadz Khairul mengajak jamaah, khususnya para santri, merenungkan kemuliaan pribadi Rasulullah yang diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia. Beliau menyoroti perintah Allah dalam Surah Al-Ahzab ayat 56 tentang pentingnya bershalawat kepada Nabi, yang tidak hanya sebagai ibadah lisan, tetapi juga wujud cinta dan jalan meraih syafaat di hari akhir.
Dengan mengutip ayat "Ya ayyuhalladzina amanu sallu alaihi wa sallimu taslima" (Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya), Ustadz Khairul menjelaskan bahwa shalawat adalah manifestasi cinta dan penghormatan kepada Rasulullah. Lebih dari itu, shalawat menjadi jembatan utama untuk memperoleh syafaat Nabi di hari kiamat-sebuah pertolongan vital karena tak ada satupun manusia yang dapat menjamin kelulusan ibadahnya di sisi Allah. Oleh karena itu, beliau menegaskan bahwa doa, ibadah, dan kesungguhan dalam bershalawat adalah ikhtiar wajib untuk meraih keberkahan di akhirat.
Ustadz Fikri melanjutkan khutbah dengan mengangkat tantangan moral paling krusial di era digital: kebiasaan berbicara tanpa filter di media sosial. Ia menyoroti bagaimana perilaku ini tidak hanya meracuni dunia maya, tetapi juga merembet ke interaksi langsung, sehingga sebagian orang menganggap wajar berbicara kasar kepada teman bahkan orang tua.
"Dulu, adab berbicara diajarkan secara tatap muka. Kini, media sosial membuat batasan etika menjadi kabur," tegas Ustadz Fikri. Ia mengingatkan jamaah bahwa akhlak mulia adalah fondasi utama kehidupan Muslim. Perbuatan seperti menyebarkan hoaks, mencaci maki, atau berkata kasar di ruang digital adalah cerminan keruntuhan moral. Menanggapi hal ini, beliau menyeru para santri dan jamaah untuk kembali pada ajaran Nabi Muhammad SAW: "Jaga lisan, berkatalah baik atau diam."
Beliau mengaitkan fenomena ini dengan momentum Maulid Nabi sebagai ajang introspeksi kolektif: "Momen Maulid harus kita manfaatkan untuk meningkatkan kualitas shalawat dan cinta kepada Nabi." Ustadz menekankan bahwa cinta kepada Rasulullah bukan sekadar perayaan, tetapi wujud nyata melalui pengamalan akhlaknya. Beliau mengutip sabda Nabi: "Sebaik-baik manusia adalah yang paling baik akhlaknya,"Â sebagai pengingat bahwa ilmu tanpa akhlak adalah sia-sia.
Khutbah ini merefleksikan misi luhur Islamic Boarding School Al-Azhar Asy-Syarif Sumatera Utara: mencetak generasi yang seimbang antara kecerdasan intelektual, kematangan emosional, dan keteguhan spiritual. Kurikulum sekolah tidak terbatas pada teori, melainkan terintegrasi dengan praktik nyata. Para santri tidak hanya mendalami ilmu umum (matematika, sains, bahasa) dan keagamaan (tahfiz Al-Quran, hadis), tetapi juga dibentuk karakternya melalui ekstrakurikuler kepemimpinan. Partisipasi Ahmad Zidan sebagai muadzin dan Muhammad Ichsanul Aqs sebagai pemimpin dzikir adalah bukti nyata komitmen sekolah menyiapkan pemimpin masa depan.
Al-Azhar Asy-Syarif berkomitmen melahirkan ulama modern yang tidak hanya mahir ilmu agama, tetapi juga melek teknologi dan berwawasan global-siap menjadi agen perubahan yang membawa nilai-nilai Islam ke tengah masyarakat kompleks. Khutbah Jumat ini menutup minggu berkah di Al-Azhar Asy-Syarif dengan pesan mendalam: di tengah arus informasi deras dan godaan duniawi, akhlak mulia dan cinta tulus kepada Nabi Muhammad SAW adalah kompas penuntun ke jalan benar.