Aksi begal berhasil mencuri perhatian publik bak Artis idola di layar kaca.
Berita politik memanas namun tertandingi oleh kasus kriminalitas sederhana yang menembus ratusan jam tayang di televisi dan tak sedikit kicauan burung di chat, status, dan berbagai media sosial meramaikan suasana.
Masyarakat semakin resah berkendara malam hari dengan motor sehingga membuat pihak kepolisian membentuk Satuan Penugasan Khusus Anti Begal (Satgas Anti Begal) diperlengkapi dengan senjata Laras panjang dan kostum komplit layaknya siap perang pasukan Irak dengan ISIS.
Fenomena ini bukan hanya bicara Kriminalitas, Fenomena ini terindikasi ada keterkaitan dengan kebutuhan sosial pelaku. Geng Begal menjadi wadah bagi orang-orang untuk bersama-sama membentuk persaudaraan. Kesendirian pelaku membuat kebutuhan ini melonjak tajam karena selama ini pelaku-pelaku umumnya adalah orang-orang antisosial.
Bukan menginginkan motor, itu hanya bonus. Bukan hanya merampok. Pelaku menyenangi tindakan demikian an demikian karena bila sukses membegal atau bahkan masuk berita, seluruh anggota geng nampaknya semakin mengidolakan pelaku.
Makin marak, makin menyenangkan bukan justru menjadi takut. Pelaku memang tidak sedikit dilatarbelakangi kebutuhan hidup tetapi tak sedikit hanya karena gengsi dan aksi premanisme yang dilakukan sebagai pembuktian keberaniaanya yang memuaskan dirinya sendiri.
Akankah pembegalan segera berakhir? akankah Polisi berhasil menyelesaikan dan membuat efek jera kasus-kasus pembegalan ibukota? tunggu saja kelanjutannya dalam serial "Tukang Begal berasa Artis"
Salam