Mohon tunggu...
Ayu Saraswati
Ayu Saraswati Mohon Tunggu... Freelancer - ...

I am a student - Media Studies and Mass Communication - I share about environmental issue and education

Selanjutnya

Tutup

Nature

Hal yang Bisa Kita Contoh dari Mumbai Mengenai Sampah Plastik

22 Maret 2019   22:48 Diperbarui: 22 Maret 2019   23:34 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Apakah pernah terpikir dibenakmu mengenai bahan produk yang kalian pakai? Apakah kamu memikirkan bahan sendok dan garpu yang digunakan ketika kamu membeli makanan di luar? Banyak dari kita yang mungkin tidak terpikir tentang hal ini, memang apa masalahnya? Kan yang penting saya bisa makan dan kenyang.

Yang tidak disadari bahwa banyak bahan produk yang terbuat dari plastik. Kita membeli minuman yang diwadahi gelas plastik, kita membeli makanan dan diberi sendok plastik, dan kita belanja diberi tas plastik. Kehidupan kita bergantung dengan plastik, namun saat ini banyak hal buruk yang terjadi di bumi karena plastik. Indonesia merupakan negara terbesar kedua penghasil sampah plastik terbanyak di dunia. Seperti yang banyak diberitakan, sampah plastik ini menjadi penyebab matinya hewan-hewan di laut.

Ada cerita menarik yang aku dapatkan ketika berada di Mumbai, India bulan Agustus 2018. Untuk pertama kalinya saya berada di Mumbai, situasi jalanan padat, semua orang terkesan hendak pergi dengan terburu-buru, dan klakson yang dibunyikan setiap saat telah menjadi rutinitas sehari-hari. Saat itu aku sedang berada di sebuah minimarket di daerah Kohinoor, ketika itu aku membeli makanan ringan dan garam masala. 

Setelah membayar, petugas kasir hanya memberikan barang belanjaanku tanpa memberikan tas plastik belanjaan. Temanku bilang minimarket sudah tidak lagi memberikan tas plastik kepada pengunjung. Oh baiklah kalau begitu, saya membawa tas punggung yang masih cukup untuk tempat belanjaanku tadi.

Keesokan harinya aku pergi makan di Phoenix Mall, karena belum terbiasa dengan makanan India aku memilih Momo untuk dijadikan santapan makan siang. Momo ini seperti dumpling dan dimakan dengan nasi. 

Saat makanan dihidangkan, mereka memberikan sendok dan garpu kayu. Hal ini mengingatkanku pada kejadia kemarin di minimarket, mereka tidak memberikan produk berbahan plastik. Bahkan Momo ini disajikan dengan box kertas. Selain itu aku juga pergi ke salah satu toko kerajinan untuk membeli  prayer flag. 

Saat aku ke sana, aku diberi tas berbahan kain untuk membungkus belanjaanku. Dan juga ketika aku membeli kelapa muda di dekat Oval Maidan, penjual menyediakan sedotan kertas untuk pembeli.

Ada sebuah inisiatif yang dilakukan untuk mengganti produk plastik dengan produk yang lebih ramah lingkungan. Aku sangat terkesan dengan hal-hal yang aku lihat di Mumbai. Hal ini menjadi sebuah perubahan untuk upaya penyelamatan lingkungan. Masalah sampah plastik merupakan masalah krusial, bahkan seluruh dunia menyepakati bahwa masalah ini perlu dicari jalan keluarnya. 

Masyarakat perlu bijaksana dan bertanggungjawab atas sampah yang mereka hasilkan. Kita tidak boleh menutup mata atau bankan sampai tidak mau tahu tentang hal ini. Hal ini merupakan tanggungjawab yang harus dilakukan bersama untuk menjaga lingkungan yang nyaman untuk dihuni, tidak hanya bagi manusia namun juga makhluk hidup yang lain. Lagipula, hal ini harus kita lakukan karena generasi mendatang memiliki hak yang sama untuk mendapatkan tempat hunian yang layak di bumi ini.

Indonesia bisa mencontoh dengan apa yang telah dilakukan di Mumbai, tas plastik di tempat perbelanjaan sudah tidak perlu diberikan. Karena menurutku biaya Rp 300 per tas plastik tidak akan efektif untuk menyelesaikan masalah sampah plastik. Masyarakat bisa memulai dengan bijaksana memilih barang yang hendak dibeli, produk yang hendak dipakai, dan mulai menerapkan gaya hidup yang ramah lingkungan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun