Mohon tunggu...
Muhammad Haikal
Muhammad Haikal Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi UMY

Terus Berkarya Tanpa Batas

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kisah Pengayuh Becak, Beralih Profesi Jadi Badut Jalanan di Yogyakarta

8 Desember 2021   11:37 Diperbarui: 9 Desember 2021   05:59 643
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Pengamen badut jalanan di simpang Jalan Brigjen Katamso Yogyakarta, Senin (06/12/2021) difoto oleh Haikal).

Yogyakarta - Ada perjuangan di balik pria berkeliling pakai kostum badut. Mereka terlihat menari dan berharap mendapatkan uang sumbangan dari pengendara yang melintas. Terlihat yakni pengamen yang berada di Jalan Brigjen Katamso, Kota Yogyakarta pada Senin (06/12/2021) sore.

Pria berusia 42 tahun asli Jogja ini tak mengenal lelah sejak pagi hingga menjelang sore berjalan menyusuri jalanan Kota Yogyakarta. Salah seorang badut jalanan yakni Pak Ismu. Ia menuturkan, penghasilannya sebagai pengamen berkostum badut dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari.

"Sejauh ini cukup buat kebutuhan sehari-hari, disyukuri saja karena bukan cuma saya sendiri yang seperti ini," ucapnya.

Atraksi badut jalanan memang sering kali di jumpai di beberapa lampu merah. Biasanya para badut tersebut mencoba menghibur orang untuk bisa mendapatkan uang. Ketika lampu rambu lalu lintas berwarna merah, seorang badut jalanan beraksi untuk mengais rezekinya lewat tangan-tangan para pengguna kendaraan.

Lengkap dengan kaleng yang sudah disiapkannya, menghampiri tiap kendaraan yang sudah mengantre di lampu lalu lintas, berharap mendapatkan uang berapapun jumlahnya. Bahkan ada juga pengendara mobil yang tak memberi respons dengan kaca tertutup.

"Yang sedihnya itu kalau engga dihirauin. Mending ditolak, dikasih kode gitu tapi kalau mereka diam aja, saya jadi bingung." ujarnya.

Jujur diakui, badut jalanan belakangan ini memang jauh dari kata menghibur dan membuat orang-orang tertawa. Profesi ini bisa jadi dipandang sebelah mata oleh orang-orang. Namun, apa daya bagi Pak Ismu demi dapur yang tetap mengebul.

Sehari, Pak Ismu dapat membawa pulang uang Rp 50 ribu sampai Rp 100 ribu. Pak Ismu mulai mengamen sejak pertengahan tahun 2021. Kostum tersebut ia pinjam dari kerabatnya sembari membawa speaker kecil dengan iringan lagu. Hampir setiap hari di bawah terik matahari dan pengapnya kostum tersebut, dia mesti sekuat tenaga menari dan melambaikan tangan ke arah pengguna jalan.

"Saya biasanya di Jokteng (Jalan Brigjen Katamso) sama ring road barat," ujarnya. Dia menjelaskan, apa yang dilakukannya itu semata-mata untuk bertahan hidup lantaran tidak ada yang bisa dilakukan selain mengamen di persimpangan jalan. Terlebih di masa pandemi seperti ini, apa saja cara dilakukan orang untuk tetap bisa makan, salah satunya menjadi badut jalanan.

Sudah hampir 2 tahun, sejak pandemi Covid-19 melanda Tanah Air. Sebelumnya, Pak Ismu Mengatakan pernah bekerja sebagai pengayuh becak. Namun imbas pandemi Covid-19 membuat pendapatannya sebagai pengayuh becak merosot. Hal itu dikarenakan sepinya penumpang becak. Pak Ismu pun beralih pekerjaan menjadi pengamen badut jalanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun